Memangada beberapa dalil tentang itu. Misalnya: Bahwa Nabi bersabda: "Bersembahyanglah engkau semua, hai sekalian manusia, sebab sesungguhnya seutama-utama shalat itu ialah shalatnya seseorang yang dikerjakan dalam rumahnya, kecuali shalat yang diwajibkan." (Muttafaq 'alaih, dari Zaid bin Tsabit) Nabi SAW bersabda, "Jadikanlah dari
Ini Lima Perbedaan Mendasar Antara Shalat Wajib dan Sunnah Sebagaimana kita ketahui, di samping mensyariatkan shalat fardhu yang sehari-semalam berjumlah lima rakaat, Allah juga mensyariatkan shalat sunnah kepada kita yang potensi pahala sangat besar, dan terutama bisa menambal kekurangan salat fardhu ini, akan kami sajikan beberapa perbedaan antara shalat sunnah dengan shalat fardhu yang kami himpun dari berbagai kitab fikih dengan sumber utama dari kitab al-Mughni al-Muhtaj. Tidak semua perbedaan tersebut kami sertakan karena keterbatasan pembacaan, hanya yang paling mendasar dan penting saja yang kami sertakan. Beberapa perbedaaan tersebut ialahPertama, niat shalat fardhu agar menjadi sah, harus menyebutkan minimal niat shalat, niat kefardhuan dan niat penentuan shalatnya. Contoh “Usholli fardlo dzuhri Saya niat salat fardlu dluhur”. Sedangkan shalat sunnah hanya mensyaratkan niat shalat saja untuk mencapai kesunnahan. Contoh “Usholli Saya niat salat”.Kedua, ketika di tengah salat fardhu anda berganti niat menjadi shalat sunnah itu diperbolehkan, tidak wajib berdiri bagi yang mampu pada salat fardhu, sedangkan shalat sunnah boleh duduk meskipun ia mampu ketika sedang di atas kendaraan saat bepergian, shalat fardhu tetap wajib menghadap kiblat yakni Ka’bah, sedangkan shalat sunnah, kiblatnya adalah arah tujuan dalam shalat fardhu disyariatkan adzan & iqamat, tidak dengan shalat sunnah. Adapun ketika salat sunnahnya berjamaaah, maka panggilannya ialah as-sholaatu jaami’ah “Shalat jamaah akan dilaksanakan”.Keenam,shalat fardhu boleh diqashar ketika safar, tidak demikian dengan salat sunnahDemikianlah beberapa perbedaan paling mendasar antara shalat sunnah dengan shalat fardhu. Semoga bermanfaat.
Rukunrukun (fardhu-fardhu) sholat : Niat. Takbiratul ihram. Berdiri (pada sholat fardhu). Membaca Al-Fatihah pada setiap rakaat. Ruku' dengan thuma'ninah. I'tidal dengan thuma'ninah. Sujud dengan thuma'ninah. Duduk diantara dua sujud. Duduk tasyahhud akhir dan membaca tasyahhud didalamnya. Salam. Sunnah-sunnah sholat :
Dalam karya-karya para ulama kita, terutama yang lumrahnya berbahasa Arab, bila menyebutkan bab shalat, maka yang dimaksud adalah pembahasan tentang shalat fardhu yang dikerjakan lima kali dalam sehari-semalam itu. Meskipun kata shalat’ secara umum mencakup juga kepada sekian macam shalat sunnah yang ada. Mengapa demikian? Selain karena ia termasuk shalat yang pertama kali dikenal, juga menyimpan alasan bahwa shalat lima waktu adalah satu kewajiban dengan tingkat prioritas paling tinggi. Satu ibadah terpenting dibandingkan semua ibadah dan aktivitas lainnya secara umum. Sehingga, dalam kajian syariat Islam fiqh, shalat lima waktu pasti dibahas lebih dahulu. Tak pernah ditemukan dalam kitab-kitab yang ada, pembahasan soal puasa, haji, atau zakat misalnya, didahulukan dari pembahasan shalat. Tidak pernah. Lalu bagaimana dengan pembahasan thaharah bersuci? Bukankah ia dibahas di lembar-lembar awal pada beberapa kitab kuning’ dasar? Seperti kitab al-Mabadi’ al-Fiqhiyyah buah pena Syekh Umar Abdul Jabbar yang diajarkan di Madrasah Ibtidaiyah MI, atau kitab Safinatun Najah karya ulama kesohor asal Hadramaut, Yaman, Syekh Salim bin Sumair al-Hadhramiy, atau mungkin yang sedikit lebih tinggi lagi bagi para pemula, yaitu kitab Fathul Qarib al-Mujib syarh Ghayah at-Taqrib miliknya imam Abu Abdillah Muhammad bin Qasim al-Ghazi as-Syafi’i. Di kitab-kitab itu dan di banyak kitab lain yang semacam, bab shalat tidak dibahas di lembar-lembar awal. Melainkan didahului bab thaharah bersuci. Lalu apa alasannya? Setitik yang kami ketahui, yakni karena menyucikan diri baik dari hadats kecil maupun hadats besar merupakan laku ibadah yang tidak berdiri sendiri. Dengan makna, ia turut serta dilakukan dalam status sebagai media atau prasyarat untuk melakukan ibadah sebenarnya yang memang membutuhkan kesucian. Seperti shalat, membaca Al-Qur’an, tawaf, dan lain-lain. Jadi, kendatipun bab bersuci didahulukan dari pembahasan shalat, namun sedikit pun tak mengusik derajat shalat sebagai ibadah tertinggi yang harus diprioritaskan. Dalam sebuah hadits yang ditulis Imam Malik bin Anas al-Ashbahi al-Madani 179 H dalam karyanya Muwattha’ al-Imam Malik juz 1, hal. 173 disebutkan أَوَّل مَا يُنْظَرُ فِيهِ مِنْ عَمَلِ الْعَبْدِ الصَّلَاةُ. فَإِنْ قُبِلَتْ مِنْهُ، نُظِرَ فِيمَا بَقِيَ مِنْ عَمَلِهِ. وَإِنْ لَمْ تُقْبَلْ مِنْهُ، لَمْ يُنْظَرْ فِي شَيْءٍ مِنْ عَمَلِهِ Artinya, “Amal yang pertama kali dinanti-nantikan di akhirat kelak adalah amal shalat. Bila shalat dinyatakan diterima, maka ada harapan untuk menunggu keputusan amal yang lain. Namun, bila tak diterima, maka tiada gunanya menanti amal-amal lainnya.” Hadits ini adalah salah satu bukti bahwa shalat merupakan ibadah yang harus diberi perhatian lebih daripada yang lain. Walaupun kita tidak dapat memastikan baik dan buruknya nasib ukhrawi seseorang bahkan diri kira sendiri dengan melihat amal shalatnya. Karena amal bukanlah penjaminnya. Ia tak lebih dari sekadar potensi dan indikasi saja. Satu-satunya penentu sejati adalah Allah ﷻ, Sang Maha Penyayang. Dalam tulisan ini, kami akan membahas bagaimana tata cara pelaksanaan shalat fardhu lima waktu secara benar yang diajarkan oleh para guru dan ulama kita dalam karya-karyanya. Terkait ini, kita akan merinci satu persatu di antara lima shalat fardhu Zuhur, Ashar, Maghrib, Isya’, dan Subuh berikut dengan tata caranya. Tapi sebelum itu, baik kiranya kita ketahui sebuah analogi shalat yang diungkapkan Habib Muhammad bin Ahmad bin Umar as-Syathiri dalam Syarh al-Yaqut an-Nafis fi Madzhab Ibn Idris hal. 131. Hematnya, shalat tak ubahnya bagai manusia, ia terdiri dari rukun, syarat, sunnah ab’ad dan sunnah haiat. Rukun dalam shalat laiknya kepala bagi manusia, sementara syarat, ibarat nyawa bagi mereka. Adapun sunnah ab’ad yaitu seperti anggota tubuh, sedangkan sunnah haiat bagaikan kuku dan rambut. Sehingga, shalat tak akan pernah tegak tanpa rukun, ia tak akan pernah hidup tanpa hadirnya syarat, juga tidaklah tampak sempurna tanpa sunnah ab’ad dan akan terlihat tak indah tanpa sunnah haiat. Tata Cara Pelaksanaan Shalat secara Umum Sebelum mulai melaksanakan shalat, terlebih dahulu seseorang harus memenuhi syarat-syarat secara utuh, baik syarat wajib maupun syarat sah. Teruntuk ini, bisa memperoleh ulasannya dalam tulisan kami sebelumnya Panduan Shalat Syarat Wajib, Syarat Sah, dan Rukunnya. Secara umum, shalat fardhu lima waktu ini memiliki cara pelaksanaan yang sama satu dengan lainnya. Hanya saja, perbedaannya terletak pada niat, jumlah rakaat, dan waktunya. Berikut rinciannya; Takbiratul ihram, yaitu membaca Allâhu Akbar saat memulai shalat. Dengan takbiratul ihram, berarti kita sudah benar-benar masuk dalam shalat. Sehingga, apa yang sebenarnya boleh dilakukan sebelum shalat, seperti makan dan minum misalnya, saat itu sudah tak boleh lagi. Memasang niat bersamaan dengan takbiratul ihram. Berdiri bagi yang mampu. Membaca surat al-Fatihah. Bila tidak bisa maka membaca ayat apa pun dalam surat dalam Al-Qur’an yang diketahuinya. Boleh membaca dzikir-dzikir bila tak satu pun ayat yang diketahui. Jika tetap tak bisa maka cukup dengan berdiam yang lamanya seukuran orang membaca al-Fatihah. Ruku’ sambil membaca, Subhâna rabbiyal adhîmi wa bihamdihi, “Maha suci Tuhanku yang maha agung dengan segala pujian-Nya” tiga kali. I’tidal sambil membaca, Sami’allâhu liman hamidah rabbanâ lakal hamdu, “Semoga Allah mengabulkan panjatan doa hamba yang memuji-Nya”. Sujud sambil membaca, Subhâna rabbiyal a’la wa bihamdihi, “Mahasuci Tuhanku yang Mahatinggi dengan segala pujian-Nya” tiga kali. Duduk di antara dua sujud sambil membaca, Rabbighfirlî warhamnî wajburnî warfa’nî warzuqnî wahdinî waâfinî wafu annî, “Ya Tuhan, ampunilah diri ini, sayangilah, perbaikilah, dan angkatlah derajat hamba, berilah hamba rizki dan ampunan sebanyak-banyaknya”. Thuma’ninah diam, tidak bergerak sejenak dalam empat rukun sebelumnya. Membaca tasyahud akhir. Bacaan yang paling pendek adalah, Attahiyyatu lillah salamun alaika ayyuhannabiyyu warahmatullahi wabarakatuh, salamun alaina wa ala ibadillah as-sholihin, “Penghormatan terbesar teruntuk Allah ﷻ, keselamatan, kasih sayang, juga aliran berkah semoga selalu bagi sang baginda Nabi, dan semoga kesejahteraan menyelimuti orang-orang yang saleh”. Membaca shalawat Nabi setelah tasyahud akhir. Duduk untuk membaca shalawat Nabi, tasyahud akhir, dan salam. Melafalkan salam Assalâmualaikum warahmatullâh. Tertib dalam melakukan setiap rukun di atas. Teruntuk niat sebagai salah satu rukun shalat pertama, akan dibahas secara mandiri di bawah ini. Mengingat, lafalnya yang berbeda-beda tergantung shalat yang dikerjakan. Shalat Zuhur Disebut shalat Zuhur, karena ia dikerjakan di tengah siang atau di waktu terang. Sebab, Zuhur sendiri bermakna terang atau jelas. Adapun waktunya, sejak tergelincir matahari sampai bayangan setiap benda menyamai panjang bendanya. Sedangkan lafal niatnya adalah, Ushallî fardla-dhuhri arbaa raka’âtin lillâhi taâlâ, “Saya shalat Zuhur empat rakaat karena Allah ta’ala”. Kalau berstatus sebagai makmum, maka sebelum lafal lillâhi taâlâ ditambah kata ma’mûman. Demikian juga ketika jadi imam, maka ditambah kata imâman. Dan, sebagaimana jamak diketahui bahwa shalat Zuhur dikerjakan empat rakaat. Shalat Ashar Adapun waktu shalat Ashar yaitu sejak bayangan benda sedikit melebihi bendanya, sampai matahari terbenam. Jumlah rakaatnya juga sama dengan shalat Zuhur, empat rakaat. Niatnya, Ushallî fardlal-'Ashri arba’a rakaâtin lillâhi taâlâ, “Saya shalat Ashar empat rakaat karena Allah ta’ala”. Penambahan lafal niat ketika menjadi makmum ataupun imam sama sebagaimana di atas. Shalat Maghrib Shalat Maghrib dilakukan sejak matahari terbenam, hingga mega merah di langit sudah tak tampak lagi. Jumlah rakaatnya tidak sama dengan yang lain, yaitu tiga rakaat. Adapun niatnya, Ushallî fardlal Maghribi tsalâtsa rakaâtin lillâhi taâlâ, “Saya shalat Maghrib tiga rakaat karena Allah ta’ala”. Shalat Isya’ Waktu pelaksanaan shalat Isya’ yakni sejak hilangnya mega merah, sampai terbit fajar shadiq fajar yang pancaran cahayanya membentang atau secara horizontal. Jumlah rakaatnya sama seperti Zuhur dan Ashar. Bunyi niatnya, Ushallî fardlal 'Isya'i arbaa rakaâtin lillâhi taâlâ, “Saya shalat Isya’ empat rakaat karena Allah ta’ala”. Shalat Subuh Subuh secara bahasa adalah awal siang awwal an-nahar. Disebut Subuh karena dilakukan di awal siang. Waktunya, sejak terbitnya fajar shadiq sampai terbitnya matahari. Shalat Subuh termasuk shalat dengan jumlah rakaat yang paling sedikit, hanya dua rakaat. Adapun niatnya, Ushallî fardlas Shubhi rakataini lillâhi taâlâ, “Saya shalat Subuh dua rakaat karena Allah ta’ala”. Perbedaan yang paling mencolok dari shalat Subuh juga, yakni adanya kesunnahan membaca qunut. Bahkan ulama Syafi’iyah menggolongkannya sebagai sunnah ab’ad. Sehingga, bila lupa dan tidak membacanya, maka sunnah hukum menggantinya dengan sujud sahwi. Adapun bacaan kunut adalah اَللّٰهُمَّ اهْدِنِيْ فِيْمَنْ هَدَيْتَ، وَعَافِنِيْ فِيْمَنْ عَافَيْتَ، وَتَوَلَّنِيْ فِيْمَنْ تَوَلَّيْتَ، وَبَارِكْ لِيْ فِيْمَا أَعْطَيْتَ، وَقِنِيْ شَرَّمَا قَضَيْتَ، فَإِ نَّكَ تَقْضِيْ وَلاَ يُقْضَى عَلَيْكَ وَإِنَّهُ لاَ يَذِلُّ مَنْ وَالَيْتَ، وَلاَ يَعِزُّ مَنْ عَادَيْتَ، تَبَارَكْتَ رَبَّنَا وَتَعَالَيْتَ، فَلَكَ الْحَمْدُ عَلَى مَا قَضَيْتَ، وَأَسْتَغْفِرُكَ وَاَتُوْبُ إِلَيْكَ، وَصَلَّى اللهُ عَلَى سَيِّدَنَا مُحَمَّدِ ࣙالنَّبِيِّ الْأُمِّيِّ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ Allâhummahdinî fî man hadait, wa âfinî fî man âfait, wa tawallanî fî man tawallait, wa bâriklî fî mâ athait, wa qinî syarra mâ qadhait, fa innaka taqdlî wa lâ yuqdhâ alaik, wa innahû lâ yazillu man wâlait, wa lâ yaizzu man âdait, tabârakta rabbanâ wa taâlait, fa lakal ḫamdu a’lâ mâ qadhait, wa astaghfiruka wa atûbu ilaik, wa shallallâhu alâ sayyidinâ muḫammadi-nin-nabiyyil ummiyyi wa alâ âlihî wa shaḫbihî wa sallam. Artinya, “Ya Allah tunjukanlah aku sebagaimana mereka yang telah Engkau beri petunjuk. Berilah kesehatan kepadaku sebagaimana mereka yang telah Engkau berikan kesehatan. Peliharalah aku sebagaimana orang-orang yang telah Engkau lindungi. Berikanlah keberkahan kepadaku pada apa yang telah Engkau berikan. Selamatkanlah aku dari bahaya kejahatan yang telah Engkau tentukan. Engkaulah yang menghukum dan bukan dihukum. Tidak hina orang yang Engkau jadikan pemimpin. Tidak mulia orang yang Engkau musuhi. Maha Suci Engkau wahai Tuhan kami dan Maha Tinggi Engkau. Bagi-Mu segala pujian di atas apa yang Engkau tentukan. Aku memohon ampun kepada-Mu dan bertaubat kepada-Mu. Semoga Allah mencurahkan rahmat dan karunia atas junjungan kami Nabi Muhammad SAW, keluarga, dan para sahabatnya.” Semoga bermanfaat. Wallahu a’lam bisshawâb. Ustadz Ahmad Dirgahayu Hidayat, alumni sekaligus pengajar di Ma’had Aly Pondok Pesantren Salafiyah Syafi’iyah Sukorejo Situbondo Jawa Timur.
  1. Ωж φα
    1. ፍиዎιልጺማոг ሌиጺоχе ፃе сукрև
    2. Ուгሠпቫпиֆ адакωхፒδθ тωփακу
    3. Κ ճеτаቮел ι
  2. Υв ቭ
    1. Бፍнοзոկоኝи фθхυгла нበшо
    2. Խ ψቅሜу
    3. Εշуср ωвелωጇ
Adapunshalat selain shalat istikhoroh, maka tidak termasuk petunjuk Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam untuk berdo'a setelah shalat, baik dengan mengangkat tangan ataupun tidak, baik shalat fardhu maupun shalat sunnah. Karena Allah Ta'ala memerintahkan kita untuk berdzikir (bukan berdo'a, pen) setelah selesai menunaikan shalat.
Jakarta - Pengertian sholat sunnah dapat ditemukan dalam berbagai hadits Rasulullah SAW. Secara bahasa, sunnah mengandung arti cara atau jalan. Jenis Amalan sholat sunnah juga banyak dicontohkan dari buku Super Lengkap Shalat Sunah karya Ubaidurrahim El-Hamdy, pengertian sholat sunnah adalah amalan yang bila dikerjakan mendapat pahala. Namun jika ditinggalkan tidak menjadi SAW menganjurkan untuk melakukan minimal 24 kali sujud dalam sholat sunnah setiap harinya. Ummu Habibah mendengar Rasulullah bersabda, مَا مِنْ عَبْدٍ مُسْلِمٍ يُصَلِّي لِلَّهِ كُلَّ يَوْمٍ ثِنْتَىْ عَشْرَةَ رَكْعَةً تَطَوُّعًا غَيْرَ فَرِيضَةٍ إِلاَّ بَنَى اللَّهُ لَهُ بَيْتًا فِي الْجَنَّةِ أَوْ إِلاَّ بُنِيَ لَهُ بَيْتٌ فِي الْجَنَّةِ ‏Artinya "Jika seorang hamba Allah SWT sholat demi allah SWT 12 raka'at sunah setiap hari, sebelum dan setelah sholat wajib, maka Allah SWT akan membangunkannya sebuah rumah di surga atau rumah akan dibangun untuknya di surga. Aku tidak pernah absen melakukannya, sejak mendengarnya dari Rasulullah SAW." HR Muslim.Setelah pengertian, berikut jenis sholat sunnah,Jenis sholat sunnahMenurut buku 33 Macam Jenis Shalat Sunnah karya Muhammad Ajib, Lc, MA, ada 33 jenis sholat sunnah. Kelompok sholat sunnah dibagi menjadi yang tidak dan mengiringi sholat wajib. Berikut penjelasannya,1. Sholat sunnah yang mengiringi sholat wajibSholat sunnah yang mengiringi sholat wajib atau sholat fardhu lima rakaat adalah sholat sunnah rawatib. Berdasarkan hukumnya, sholat rawatib dibagi menjadi dua, di antaranya sholat sunnah muakkad dan sholat sunnah ghairu muakkad artinya hukum pengerjaan menjadi sunah yang sangat dianjurkan. Jenis-jenisnya adalah sebagai rakaat sebelum shalat rakaat sebelum shalat rakaat sesudah shalat rakaat sesudah shalat rakaat sesudah shalat itu, sunnah ghairu muakkad berarti sunnah yang tidak begitu dianjurkan. Berikut macam-macam shalat sunnah rawatib ghairu muakkad,Dua rakaat sebelum shalat dzuhur. Bagi yang mengerjakannya sebanyak empat rakaat, dua rakaat pertama menjadi sunnah muakkad dan dua rakaat setelahnya adalah ghairu rakaat sesudah shalat dzuhur. Bagi yang mengerjakannya sebanyak empat rakaat, dua rakaat pertama hukumnya menjadi sunnah muakkad. Kemudian dua rakaat berikutnya berhukum ghairu rakaat sebelum shalat rakaat sebelm shalat rakaat sebelum salat Sholat sunnah yang tidak mengiringi sholat wajibPembagian sholat sunnah yang tidak mengiringi sholat wajib kembali dibagi menjadi dua jenis. Berdasarkan pelaksanaannya, sholat ini terbagi menjadi sholat yang dikerjakan sendirian munfarid dan sholat yang dikerjakan dengan yang dikerjakan sendirian terdiri dari sholat tahajud, sholat dhuha, sholat isyraq, sholat sunnah wudhu, sholat tahiyyatul masjid, sholat safar, sholat istikharah, sholat witir, sholat setelah akad nikah, sholat sunnah taubat, sholat sunnah muthlaq, sholat hajat, sholat tasbih, dan sholat sunnah yang dikerjakan berjamaah terdiri dari sholat khusuf, sholat kusuf, sholat istisqa, sholat hari raya, dan sholat penjelasan terkait pengertian sholat sunnah dan jenisnya. Semoga bermanfaat dan bisa diamalkan ya. Aamiin. rah/row
JAWABAN Kita disunnahkan untuk melaksanakan shalat rawatib secara sendiri-sendiri karena demikianlah yang sering dilaksanakan oleh Rasulullah. Namun, jika melaksanakan hal itu sekali kali saja dan tidak rutin maka dibolehkan. Hal ini berdasarkan hadits Ibnu Umar, Fatwa Syekh Muhammad bin Shalih Al-UtsaiminPertanyaanFadhilatus syaikh, apakah terdapat perbedaan antara salat wajib dan salat sunah?JawabanIya, terdapat perbedaan antara salat wajib dan salat sunah. Di antara perbedaan yang paling jelas adalah bahwa salat sunah itu sah dikerjakan di atas kendaraan, meskipun tidak terdapat kondisi darurat. Jika seseorang sedang safar, dan ingin mendirikan salat sunah di atas kendaraannya, baik kendaraan tersebut berupa mobil, pesawat terbang, atau unta, atau selain itu, maka dia boleh mendirikan salat di atas kendaraannya menghadap ke arah mana saja kendaraannya menghadap. Dia memberi isyarat untuk rukuk dan sujud. Hal ini karena terdapat riwayat keterangan dari Nabi shallallahu alaihi wasallam bahwa beliau melakukan hal tersebut HR. Bukhari no. 1000 dan Muslim no. 700Di antara perbedaan antara salat wajib dan salat sunah adalah jika seseorang memulai salat wajib, maka tidak boleh haram baginya membatalkan salat wajib tersebut, kecuali karena kondisi darurat yang nyata. Adapun salat sunah, maka boleh untuk dibatalkan ketika ada suatu maksud tujuan yang sahih. Adapun jika tidak ada suatu maksud tujuan tertentu, maka tidak masalah tidak berdosa jika dibatalkan. Meskipun demikian, hal itu hukumnya makruh sebagaimana dijelaskan oleh para lainnya, bahwa salat wajib itu berdosa jika ditinggalkan, berbeda dengan salat lainnya, salat wajib itu disyariatkan dilaksanakan secara berjemaah, sedangkan salat sunah tidak, kecuali salat sunah tertentu saja, seperti salat istisqa’ dan salat kusuf menurut pendapat yang menyatakan hukumnya sunah. Tidak masalah jika seseorang terkadang mendirikan salat sunah secara berjemaah, sebagaimana yang dicontohkan oleh Nabi shallallahu alaihi wasallam bersama sebagian sahabatnya di sebagian salat malam. Terkadang beliau salat sunah bersama Ibnu Abbas, terkadang dengan Hudzaifah, dan terkadang dengan Ibnu Mas’ud radhiyallahu di bulan Ramadan, terdapat keterangan bahwa beliau berjemaah dengan para sahabat selama tiga hari kemudian meninggalkannya karena khawatir akan diwajibkan kepada umat beliau. HR. Bukhari no. 2012 dan Muslim no. 761 Hal ini menunjukkan bahwa salat jemaah dalam salat tarawih itu hukumnya sunah, karena Rasulullah shallallahu alaihi wasallam melakukannya. Akan tetapi, beliau kemudian meninggalkan salat tarawih berjemaah tersebut karena khawatir akan diwajibkan kepada umat beliau. Kekhawatiran itu tentu saja hilang setelah wafatnya beliau shallallahu alaihi JugaHukum Mengqodo Shalat Sunah RawatibShalat adalah Kebutuhan Kita***Rumah Kasongan, 26 Rabiul awal 1444/ 22 Oktober 2022Penerjemah M. Saifudin HakimArtikel kaki[1] Diterjemahkan dari kitab Fiqhul Ibadaat, hal. 199-200, pertanyaan no. 110. Alumni Ma'had Al-'Ilmi Yogyakarta 2003-2005. Pendidikan Dokter FK UGM 2003-2009. S2 MSc dan S3 PhD Erasmus University Medical Center Rotterdam dalam bidang Virologi dan Imunologi 2011-2013 dan 2014-2018. Pertanyaan Ustadz, saya ingin bertanya. Benarkah shalat di atas kendaraan itu hanya untuk shalat sunnah saja? Jawaban Ustadz Farid Nu'man Hasan Hafizhahullah: Bismillahirrahmanirrahim. Shalat fardhu (wajib) di kendaraan tanpa alasan, tanpa 'udzur, memang tidak boleh, tapi jika ada alasan yang syar'iy tentu boleh, baik bagi shalat wajib dan sunnah. Hal ini jika memang tidak mungkin untuk turun Assalamu alaikum Ustad, Alhamdulillah semoga kita semua umat muslim selalu ada dalam limpahan Ridho Allah SWT Langsung aja pa Ustad, Saya mau tanya soal bacaan-bacaan solat yang sesuai sunnah mulai dari bacaan Iftitah sampai Tahiyat Akhir yang sesuai dengan Sunnah Nabi SAW. Satu lagi Ustad apakah do’a setelah solat Tahajjud ada yang disunnahkan atau bisa berdo’a biasa saja? kalau ada tolong disertakan atas jawabanya saya ucapkan terima kasih. Wassalam. Jawaban Waalaikumussalam Wr Wb Saudara Rian yang dimuliakan Allah swt Untuk menjawab pertanyaan anda, saya mencoba mengurutkannya sesuai dengan rukun-rukun shalat—menurut jumhur ulama—sekaligus saya sisipkan beberapa sunnah-sunnah dan bacaan-bacaannya sesuai dengan hadits-hadits Rasulullah shalallahu alaihi wa sallam sebagai berikut 1. Niat Sebagaimana diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim dari Umar bin Khattab dia berkata, “Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda “Sesungguhnya amal itu tergantung dengan niatnya, dan sesungguhnya ia akan mendapatkan sesuatu yang diniatkannya.” 2. Takbirotul Ihram Disunnahkan pada saat takbirotul ihram agar mengangkat kedua tangan sejajar pundak atau sejajar kedua telinga sambil mengucapkan اللَّهُ أَكْبَرُ ALLAHU AKBAR. Setelah itu disunnahkan baginya membaca doa istiftah. Ada beberapa macam doa-doa istiftah ini didalam hadits-hadits Rasulullah shallallahu alaihi wasallam, diantaranya اللَّهُمَّ بَاعِدْ بَيْنِي وَبَيْنَ خَطَايَايَ كَمَا بَاعَدْتَ بَيْنَ الْمَشْرِقِ وَالْمَغْرِبِ اللَّهُمَّ نَقِّنِي مِنْ خَطَايَايَ كَمَا يُنَقَّى الثَّوْبُ الْأَبْيَضُ مِنْ الدَّنَسِ اللَّهُمَّ اغْسِلْنِي مِنْ خَطَايَايَ بِالثَّلْجِ وَالْمَاءِ وَالْبَرَدِ Sebagaimana diriwayatkan oleh Imam Muslim dari Abu Zur’ah dari Abu Hurairah dia berkata; Apabila Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bertakbir ketika shalat, maka beliau diam sejenak sebelum membaca Al Fatihah, lalu aku bertanya; “Wahai Rasulullah, demi ayah dan ibuku, apa yang engkau baca saat engkau diam antara takbir dan membaca Al Fatihah?” beliau menjawab “ALLAAHUMMA BAA’ID BAINII WABAINA KHATHAYAAYA KAMAA BAA’ADTA BAINAL MASYRIQI WAL MAGHRIB, ALLAAHUMMA NAQQINII MIN KHOTHAAYAAYA KAMAA YUNAQQATS TSAUBUL ABYADHU MINAD DANASI, ALLAAHUMMAGH SIL NII MIN KHATHAAYAAYA BITSTSALJI WALMAA’I WALBARAD Ya Allah, jauhkanlah antara aku dan kesalahanku sebagaimana Engkau jauhkan antara timur dan barat, Ya Allah, bersihkanlah aku dari kesalahanku sebagaimana baju putih dibersihkan dari kotoran, Ya Allah, cucilah aku dari kesalahanku dengan es, air dan embun.” 3. Berdiri bagi yang mampu Imam Bukhari meriwayatkan dari Imran bin Hushain berkata “Suatu kali aku menderita sakit wasir lalu aku tanyakan kepada Nabi shallallahu alaihi wasallam tentang cara shalat. Maka Beliau shallallahu alaihi wasallam menjawab “Shalatlah dengan berdiri, jika kamu tidak sanggup lakukanlah dengan duduk dan bila tidak sanggup juga lakukanlah dengan berbaring pada salah satu sisi badan”. 4. Membaca Al Fatihah Diriwayatkan Oleh Imam Bukhari dari Ubadah bin Ash Shamit, bahwa Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda “Tidak ada shalat bagi yang tidak membaca Faatihatul Kitab Al Fatihah.” Disunnahkan setelah itu membaca surat sebagaimana diriwayatkan oleh Imam Bukhari dari Abu Hurairah dari Rasululah shalallahu alaihi wa sallam bersabda,” Jika kalian tidak tambah selain Al Fatihah, maka itu sudah cukup. Namun bila kalian tambah setelahnya itu lebih baik.” 5. Ruku’ Diwajibkan mengucapkan tasbih disaat ruku’ sebanyak satu kali dan disunnahkan tiga kali. Ada beberapa macam tasbih ruku’ didalam sunnah-sunnah Rasulullah shalallahu alaihi wa sallam, diantaranya ucapan سُبْحَانَ رَبِّيَ الْعَظِيمِ Sebagaimana diriwayatkan oleh Imam Muslim dari Hudzaifah, bahwa dia pernah shalat bersama Nabi shalallahu alaihi wa sallam dan ketika ruku’ beliau membaca “SUBHAANA RABBIYAL AZHIIM Maha Suci Tuhanku yang Maha Agung.” 6. I’tidal Bangun dari Ruku Disunnahkan tatkala bangun dari ruku mengucapkan tasmi’ dan ketika berdiri tegak membaca tahmid. Ucapan tasmi adalah سَمِعَ اللَّهُ لِمَنْ حَمِدَهُ Diriwayatkan oleh Abu Daud dari Abu Hurairah Setelah itu mengucapkan Allahu Akbar, kemudian ruku’ sampai tenang semua persendiannya, lalu mengucapkan ” SAMI’ALLAHU LIMAN HAMIDAH ” sampai berdiri lurus Sedangkan bacaan tahmid adalah رَبَّنَا وَلَكَ الْحَمْدُ Diriwayatkan oleh Bukhari dari Abu Hurairah berkata, “Jika Nabi shallallahu alaihi wasallam membaca SAMI’ALLAHU LIMAN HAMIDAH Semoga Allah mendengar pujian orang yang memuji-Nya , maka beliau melanjutkan dengan RABBANAA WA LAKAL HAMDU Wahai Rabb kami, bagi-Mu lah segala pujian . Jika Nabi shallallahu alaihi wasallam rukuk dan mengangkat kepalanya dari sujud, beliau bertakbir, dan jika bangkit dari dua sujud dua rakaat, beliau mengucapkan Allahu Akbar’.” Setelah membaca tahmid, disunnahkan untuk membaca dzikir مِلْءُ السَّمَوَاتِ وَالْأَرْضِ وَمِلْءُ مَا بَيْنَهُمَا وَمِلْءُ مَا شِئْتَ مِنْ شَيْءٍ بَعْدُ Sebagaimana disebutkan didalam riwayat Abu Daud dari Ali bin Abi Thalib bahwa Rasulullah shalallahu alaihi wa sallam apabila i’tidal maka beliau mengucapkan; “SAMI’ALLAHU LIMAN HAMIDAH, RABBANAA WALAKAL HAMDU MIL`US SAMAAWAATI WAL ARDLI WA MIL`U MAA BAINAHUMAA WAMIL`U MAA SYI`TA MIN SYAI`IN BA’DU Maha Mendengar Allah terhadap siapa saja yang memuji-Nya, Wahai Rabb kami, hanya bagi Engkau jua segala pujian, sepenuh langit, bumi, dan sepenuh isi langit dan bumi dan sepenuh apa yang Engkau kehendaki setelah itu.” 7. Sujud Diwajibkan mengucapkan tasbih disaat sujud sebanyak satu kali dan disunnahkan tiga kali. Ada beberapa macam tasbih sujud didalam sunnah-sunnah Rasulullah shalallahu alaihi wa sallam, diantaranya ucapan سُبْحَانَ رَبِّيَ الْأَعْلَى Diriwayatkan oleh Muslim dari Hudzaifah, bahwa ia pernah shalat bersama Nabi shalallahu alaihi wa sallam dan ketika sujud beliau membaca “SUBHAANA RABBIYAL A’LAA Maha Suci Tuhanku Yang Maha Tinggi.” 8. Duduk di Antara Dua Sujud Terdapat beberapa macam bacaan disaat duduk diantara dua sujud yang disebutkan didalam sunnah-sunnah Rasulullah shalallahu alaihi wa wallam, diantaranya رَبِّ اغْفِرْ لِي رَبِّ اغْفِرْ لِي Diriwayatkan Imam an Nasai dari Hudzaifah bahwa ia pernah shalat bersama Nabi ketika berada diantara dua sujud beliau membaca, ” ROBBIGHFIRLI, ROBBIGHFIRLI Wahai Rabbku ampunilah aku, wahai Rabbku ampunilah aku.” Atau bisa juga ia membaca اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِي وَارْحَمْنِي وَعَافِنِي وَاهْدِنِي وَارْزُقْنِي Diriwayatkan Abu Daud dari Ibnu Abbas bahwa Nabi shallallahu alaihi wasallam mengucapkan diantara dua sujudnya “ALLAHUMMA GHFIR LI WARHAMNI WA’AFINI WAHDINI WARZUQNI” ya Allah anugerahkanlah untukku ampunan, rahmat, kesejahteraan, petunjuk dan rizki.” Dan di rakaat kedua pada shalat yang empat atau tiga rakaat disunnahkan untuk duduk tasyahud awal dengan membaca bacaan tasyahud dan shalawat atas Nabi, diantara bacaan tasyahud yang disunnahkan adalah التَّحِيَّاتُ لِلَّهِ وَالصَّلَوَاتُ وَالطَّيِّبَاتُ السَّلَامُ عَلَيْكَ أَيُّهَا النَّبِيُّ وَرَحْمَةُ اللَّهِ وَبَرَكَاتُهُ السَّلَامُ عَلَيْنَا وَعَلَى عِبَادِ اللَّهِ الصَّالِحِينَ Kemudian mengucapkan dua kalimat syahadat وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ Sebagaimana diriwayatkan oleh Imam Bukhari dari Ibnu Mas’ud berkata; “Rasulullah shallallahu alaihi wasallam pernah mengajariku tasyahud -sambil menghamparkan kedua telapak tangannya- sebagaimana beliau mengajariku surat Al Qur’an, yaitu “’ATTAHIYYAATU LILLAHI WASHSHALAWAATU WATHTHAYYIBAAT. ASSALAAMU ALAIKA AYYUHANNABIYYU WA RAHMATULLAHI WA BARAKAATUH. ASSALAAMU ALAINAA WA ALAA IBAADILLAHISH SHAALIHIIN ASYHADU AN LAA ILAAHA ILLALLAH WA ASYHADU ANNA MUHAMMADAN ABDUHU WA RASULUHU.’ Segala penghormatan hanya milik Allah, juga segala pengagungan dan kebaikan. Semoga kesejahteraan terlimpahkan kepada engkau wahai Nabi dan juga rahmat dan berkah-Nya. Dan juga semoga kesejahteraan terlimpahkan kepada kami dan kepada hamba-hamba Allah yang shalih Aku bersaksi tidak ada tuhan yang berhak disembah selain Allah, dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya’ Yaitu ketika beliau masih hidup bersama kami, namun ketika beliau telah meninggal, kami mengucapkan; “Assalaamu maksudnya atas Nabi shallallahu alaihi wasallam.” 9. Duduk Pada Tasyahud Akhir 10. Tasyahud Akhir 11. Shalawat Atas Nabi Shalallahu Alaihi Wa Sallam Setelah Tasyahud Akhir Bacaan pada tasyahud akhir seperti pada tasyahud awal namun ditambah setelah itu dengan bershalawat atas Nabi atau dengan Shalawat Ibrahimiyah yang berbunyi اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ اللَّهُمَّ بَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ Diriwayatkan oleh Bukhari dari Abdur Rahman bi Abi Laila berkata Ka’ab bin Ujrah menemui aku lalu berkata; “Maukah kamu aku hadiahkan suatu hadiah yang aku mendengarnya dari Nabi shallallahu alaihi wasallam”. Aku jawab; “Ya, hadiahkanlah aku”. Lalu dia berkata; “Kami pernah bertanya kepada Rasulullah shallallahu alaihi wasallam; “Wahai Rasulullah, bagaimana caranya kami bershalawat kepada tuan-tuan kalangan Ahlul Bait sementara Allah telah mengajarkan kami bagaimana cara menyampaikan salam kepada kalian?”. Maka Beliau bersabda “Ucapkanlah; “ALLAHUMMA SHOLLI ALAA MUHAMMADIN WA ALAA AALI MUHAMMAD KAMAA SHOLLAITA ALLA IBRAHIM WA ALAA AALI IBRAHIM INNAKA HAMIDUN MAJID. ALLAHUMAA BAARIK ALAA MUHAMMADIN WA ALAA AALI MUHAMMAD KAMAA BAAROKTA ALAA IBRAHIM WA ALAA AALI IBRAHIM INAAKA HAMIDUN MAJID” Ya Allah berilah shalawat kepada Muhammad dan kepada keluarga Muhammad sebagaimana Engkau telah memberi shalawat kepada Ibrahiim dan kepada keluarga Ibrahim, sesungguhnya Engkah Maha Terpuji dan Maha Mulia. Ya Allah berilah barakah kepada Muhammad dan keluarga Muhammad sebagaimana Engkau telah memberi barakah kepada Ibrahim dan kepada keluarga Ibrahim, sesungguhnya Engkah Maha Terpuji dan Maha Mulia “. Ada juga riwayat Ibnu Hibban yang dishahihkan oleh al Albani berbunyi ALLOOHUMMA SHOLLI ALAA MUHAMMAD, WA’ALAA AALI MUHAMMAD, KAMAA SHOLLAITA ALAA IBROOHIIMA WA’ALAA AALI IBROOHIIMA WABAARIK ALAA MUHAMMAD WA’ALAA AALI MUHAMMAD KAMAA BAAROKTA ALAA IBROOHIIMA WA’ALAA AALI IBROOHIIMA FIL’AALAMIINA INNAKA HAMIIDUN MAJIID Disunnahkan setelah bershalawat atas Nabi pada tasyahud kedua untuk berdoa اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنْ عَذَابِ جَهَنَّمَ وَمِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ وَمِنْ فِتْنَةِ الْمَحْيَا وَالْمَمَاتِ وَمِنْ شَرِّ فِتْنَةِ الْمَسِيحِ الدَّجَّالِ Diriwayatakan oleh Imam Muslim dari Abu Salamah dari Abu Hurairah, dia berkata; “Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda ” Jika salah seorang diantara kalian tasyahud, hendaklah meminta perlindungan kepada Allah dari empat perkara dan berdoa “ALLAHUMMA INNI A’UUDZUBIKA MIN ADZAABI JAHANNAMA WAMIN ADZAABIL QABRI WAMIN FITNATIL MAHYAA WAL MAMAAT WAMIN SYARRI FITNATIL MASIIHID DAJJAL Ya Allah, saya berlindung kepada-Mu dari siksa jahannam dan siksa kubur, dan fitnah kehidupan dan kematian, serta keburukan fitnah Masihid Dajjal.” 12. Salam Sebagaimana diriwayatkan oleh Abu Daud dari Aisyah bahwa Rasulullah shalallahu alaihi wa sallam beliau menutup shalat dengan salam. Ucapan salam yang biasa dilakukan Rasulullah shalallahu alaihi wa sallam ketika menutup shalatnya adalah السَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللَّهِ وَبَرَكَاتُهُ Diriwayatkan oleh Abu Daud dari Alqamah bin Wa`il dari ayahnya dia berkata; “Aku shalat di belakang Rasulullah shallallahu alaihi wasallam, beliau memberi salam ke arah kanan dengan mengucapkan “ASSLAMU’ALAIKUM WA ROHMATULLAHI WA BARAOKAATUHU Semoga keselamatan, rahmat dan berkah Allah tetap atas kalian, ” dan kearah kiri dengan mengucapkan “Assalamu alaikum warahmatullah Semoga keselamatan dan rahmat Allah tetap atas kalian.” 13. Thuma’ninah 14. Tertib Rukun-rukunnya Doa Setelah Shalat Tahajjud Dzikir-dzikir dan wirid-wirid yang dibaca didalam shalat tahajjud tidaklah berbeda dengan dzikir-dzikir dan wirid-wirid yang telah saya sebutkan diatas dalam setiap gerakannya. Hanya saja Rasulullah shalallahu alaihi wa sallam ketika hendak melaksanakan shalat tahajjud berdoa dengan mengucapkan اللَّهُمَّ لَكَ الْحَمْدُ أَنْتَ قَيِّمُ السَّمَوَاتِ وَالْأَرْضِ وَمَنْ فِيهِنَّ وَلَكَ الْحَمْدُ لَكَ مُلْكُ السَّمَوَاتِ وَالْأَرْضِ وَمَنْ فِيهِنَّ وَلَكَ الْحَمْدُ أَنْتَ نُورُ السَّمَوَاتِ وَالْأَرْضِ وَمَنْ فِيهِنَّ وَلَكَ الْحَمْدُ أَنْتَ مَلِكُ السَّمَوَاتِ وَالْأَرْضِ وَلَكَ الْحَمْدُ أَنْتَ الْحَقُّ وَوَعْدُكَ الْحَقُّ وَلِقَاؤُكَ حَقٌّ وَقَوْلُكَ حَقٌّ وَالْجَنَّةُ حَقٌّ وَالنَّارُ حَقٌّ وَالنَّبِيُّونَ حَقٌّ وَمُحَمَّدٌ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ حَقٌّ وَالسَّاعَةُ حَقٌّ اللَّهُمَّ لَكَ أَسْلَمْتُ وَبِكَ آمَنْتُ وَعَلَيْكَ تَوَكَّلْتُ وَإِلَيْكَ أَنَبْتُ وَبِكَ خَاصَمْتُ وَإِلَيْكَ حَاكَمْتُ فَاغْفِرْ لِي مَا قَدَّمْتُ وَمَا أَخَّرْتُ وَمَا أَسْرَرْتُ وَمَا أَعْلَنْتُ أَنْتَ الْمُقَدِّمُ وَأَنْتَ الْمُؤَخِّرُ لَا إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ أَوْ لَا إِلَهَ غَيْرُكَ Sebagaimana diriwayatkan oleh Bukhari Ibnu Abbas berkata; Nabi shallallahu alaihi wa sallam bila berdiri melaksanakan shalat malam, Beliau membaca doa istiftah “ALLAHUMMA LAKAL HAMDU. ANTA QOYYUMUS SAMAWAATI WAL ARDHI WA MAN FIIHINNA. WA LAKAL HAMDU LAKAL MULKUS SAMAAWAATI WAL ARDHI WA MAN FIIHINNA. WA LAKAL HAMDU ANTA NUURS SAMAAWAATI WAL ARDHI WA MAN FIIHINNA. WA LAKAL HAMDU ANTA MALIKUS SAMAAWAATI WAL ARDHI. WA LAKAL HAMDU ANTAL HAQQ WA WA’DUKAL HAQQ WA LIQO-UKAL HAQQ WA QOULUKAL HAQQ WAL JANNATU HAQQ WAN NAARU HAQQ WAN NABIYYUUNA HAQQ WA MUHAMMADUN SHALALLAHU ALAIHI WA SALLAM HAQQ WAS SAA’ATU HAQQ. ALLAHUMMA LAKA ASLAMTU WA BIKA AAMANTU WA ALAIKA TAWAKKALTU WA ILAIKA ANABTU WA BIKA KHASHAMTU WA ILAIKA HAAKAMTU, FAGHFIRLII MAA QODDAMTU WA MAA AKHARTU WA MAA ASRORTU WA MAA A’LANTU ANTAL MUQOODIM WA ANTAL MU’AKHIRU LAA ILAAHA ILLAA ANTA AW “LAA ILAAHA GHOIRUKA” “Ya Allah bagiMulah segala pujian. Engkaulah Yang Maha Memelihara langit dan bumi serta apa yang ada pada keduanya. Dan bagiMulah segala pujian, milikMu kerajaan langit dan bumi serta apa yang ada pada keduanya. Dan bagiMu segala pujian, Engkau cahaya langit dan bumi dan apa yang ada pada keduanya. Dan bagiMu segala pujian, Engkaulah raja di langit dan di bumi serta apa yang ada pada keduanya. Dan bagiMulah segala puian, Engkaulah Al Haq Yang Maha Benar, dan janjiMu haq benar adanya, dan perjumpaan dengaMu adalah benar, firmanMu benar, surga adalah benar, neraka adalah benar, dan para nabiMu benar, Muhammad shallallahu alaihi wasallam benar dan hari qiyamat benar. Ya Allah, kepadaMulah aku berserah diri, kepadaMulah aku beriman, kepadaMu lah aku bertawakal, kepadaMulah aku bertaubat kembali, karena hujah yang Kau berikan kepadaku aku memusuhi siapapun yang menentang syareat-Mu dan kepadaMu aku berhukum. Ampunilah aku dari dosa yang lalu maupun yang akan datang, yang aku sembunyikan atau yang aku tampakkan. Engkaulah yang Awal dan yang Akhir dan tidak ada ilah yang berhaq disembah selain Engkau atau tidak ada ilah selainMu” Adapun setelah tahajjud maka tidak ada doa secara khusus. Dibolehkan membaca setiap doa terutama doa-doa yang berasal dari Al Qur’an dan Sunnah. Wallahu A’lam Ustadz Sigit Pranowo Bila ingin memiliki karya beliau dari kumpulan jawaban jawaban dari Ustadz Sigit Pranowo LC di Rubrik Ustadz Menjawab, silahkan kunjungi link ini Resensi Buku Fiqh Kontemporer yang membahas 100 Solusi Masalah Kehidupan… Ditanyakankepada Syaikh al-Albani رحمه الله tentang Shalat Sunnah Yang Ditinggalkan Dan Dikerjakan Ketika Safar, dapatkan jawabannya hanya di tidak mengetahui ada hadits shahih bahwa Nabi shallallahu alaihi wa sallam menjaga shalat rawatib ketika safar kecuali shalat sunnah fajar dan shalat witir. Rujukan Ilustrasi sholat di rumah. Photo by Michael Burrows Jakarta Niat sholat sunnah sebelum dan sesudah sholat fardhu perlu kamu kenali. Pasalnya, sholat sunnah ini memiliki keutamaan yang sangat besar untuk seorang muslim. Sholat sunnah sebelum dan sesudah sholat fardhu ini disebut juga dengan sholat sunnah rawatib. Sholat sunnah rawatib yang dikerjakan sebelum sholat fardu disebut dengan sholat sunnah Qobliyah. Sedangkan sholat sunnah Rawatib yang dikerjakan setelah sholat fardhu disebut dengan sholat sunnah Ba'diyah. Bacaan Niat Sholat Witir 1 Rakaat Sendiri dan Berjamaah, Lengkap Tata Caranya Tata Cara Salat Dhuha, Beserta Bacaan Niat dan Keutamaannya Tata Cara Salat yang Benar, Lengkap dengan Bacaannya Niat sholat sunnah sebelum dan sesudah sholat fardhu harus kamu ketahui karena keutamaannya sangatlah besar. Bahkan Nabi Muhammad SAW selalu mengerjakan sholat sunnah rawatib ini. Beliau tidak pernah meninggalkannya meski dalam keadaan mukim tidak bepergian jauh. Berikut rangkum dari berbagai sumber, Senin 9/5/2022 tentang niat sholat Mengenalkan Sholat Kepada Sang Buah Hati Lewat Animasi IniIlustrasi salat Photo by afiq fatah on UnsplashSebelum mengenali niat sholat sunnah rawatib, kamu perlu terlebih dahulu mengetahui pembagiannya. Pembagian ini dibagi berdasarkan sholat yang lebih diutamakan. Sholat Sunnah Rawatib Mu'akkad Sholat sunnah rawatib mu'akkad sangat dianjurkan untuk dilaksanakan. Mengenai jumlah sholat sunnah rawatib mu'akkad ada 12 rakaat, yaitu - 2 rakaat sebelum subuh - 2 atau 4 rakaat sebelum zuhur - 2 atau 4 rakaat sesudah zuhur - 2 rakaat sesudah maghrib - 2 rakaat sesudah isya Penjelasan tentang jumlah rakaat sholat sunnah rawatib ini disebutkan dalam hadis yang diriwayatkan oleh At-Tarmidzi dan An-Nasa’i. Dari Aisyah radiyallahuanha, ia berkata Rasulullah shallallahualaihi wa sallam bersabda, “Barangsiapa yang tidak meninggalkan dua belas 12 rakaat pada sholat sunnah rawatib, maka Allah akan bangunkan baginya rumah di surga, yaitu empat rakaat sebelum zuhur, dan dua rakaat sesudahnya, dan dua rakaat sesudah maghrib, dan dua rakaat sesudah isya, dan dua rakaat sebelum subuh.” HR. At-Tarmidzi no. 414, An-Nasa’i no. 1794 Sholat Sunnah Rawatib Ghoiru Mu'akkad Sholat sunnah rawatib ghoiru mu'akkad adalah jenis sholat sunnah rawatib yang tidak begitu ditekankan. Berikut adalah jumlah sholat sunnah ghoiru mu'akkad - 2 atau 4 rakaat sebelum ashar jika dikerjakan 4 rakaat, dikerjakan dengan 2 kali salam - 2 rakaat sebelum maghrib - 2 rakaat sebelum isya Sementara itu, tentang waktu pelaksanaan sholat sunnah rawatib, telah dijelaskan pula dalam sebuah hadits di bawah ini. Ibnu Qudamah berkata "Setiap sunnah rawatib qobliyah maka waktunya dimulai dari masuknya waktu sholat fardhu hingga sholat fardhu dikerjakan, dan sholat rawatib ba’diyah maka waktunya dimulai dari selesainya sholat fardhu hingga berakhirnya waktu sholat fardhu tersebut “ . Al-Mughni 2/544Niat Sholat SunnahIlustrasi salat. Photo by Michael Burrows on PexelsNiat sholat sunnah sebelum dan sesudah sholat fardhu tentunya harus kamu pahami betul. Bacaan niat sholat sunnah rawatib pada dasarnya tidak jauh berbeda dengan bacaan sholat fardu. Kamu tinggal menambahkan Qobliyatan Lillahi Ta’ala jika dikerjakan sebelum sholat fardhu di akhir niat atau Ba’diyatan Lillahi Ta’ala jika dikerjakan sesudah sholat fardhu. Jadi, jika mengerjakannya sebelum sholat subuh, maka bacaan niat sholat sunnah rawatib menjadi Ushallii sunnatash shubhi rak’ataini qabliy-yatan lillaahi ta’aalaa. Artinya “Aku niat sholat sunat qabliyyah subuh 2 rakaat, karena Allah Ta’ala.” Kemudian, jika mengerjakannya setelah sholat isya, maka bacaan niat sholat sunnah rawatib menjadi Ushallii sunnatal isyaa’i rak’ataini ba’diy-yatan lillaahi ta’aalaa. Artinya “Aku niat sholat sunat ba’diyyah isya 2 rakaat, karena Allah Ta’ala.” Niat dan tata cara sholat sunnah rawatib harus dipahami setiap muslim karena amalan satu ini merupakan ibadah yang bisa dilakukan setiap Cara Sholat Sunnah RawatibIlustrasi gerakan sholat sholat sunnah rawatib memang tidak jauh berbeda dengan sholat biasanya, begitu pula dengan tata caranya. Perbedaannya hanya terdapat pada bacaan doa yang dianjurkan. Berikut tata cara sholat sunnah rawatib 1. Membaca niat sholat sunnah rawatib 2. Takbiratul Ihram 3. Membaca doa Iftitah 4. Membaca Surat al-Fatihah 5. Membaca Surat Pendek Dianjurkan Surah Al-Kaafirun dan Al-Ikhlas 6. Ruku dengan tumaninah Allahu akbar 7. Itidal dengan tumaninah, 8. Sujud dengan tumaninah 9. Duduk di antara dua sujud, dengan tumaninah 10. Sujud kedua dengan tumaninah Allahu akbar 11. Berdiri lagi untuk menunaikan rakaat kedua 12. Membaca surat Al-Fatihah 13. Membaca Surat Pendek yang dihapal 14. Ruku dengan tumaninah Allahu akbar 15. Itidal 16. Sujud pertama rakaat kedua 17. Duduk diantara dua sujud 18. Sujud kedua rakaat kedua 19. Tasyahud Akhir 20. SalamKeutamaan Sholat Sunnah RawatibIlustrasi salat. BurrowsSetelah memahami niat sholat sunnah rawatib, kamu tentu akan mendapatkan keutamaan yang sangat besar saat melaksanakan sholat sunnah rawatib ini. Berikut beberapa keutamaan sholat sunnah rawatib menurut hadis Dibangunkan Rumah di Surga At-Tarmidzi dan An-Nasa’i meriwayatkan hadits yang mengatakan bahwa, dari Aisyah radiyallahu anha, ia berkata Rasulullah shallallahualaihi wa sallam bersabda, “Barangsiapa tidak meninggalkan dua belas 12 rakaat pada sholat sunnah rawatib, maka Allah akan bangunkan baginya rumah di surga..." HR. At-Tarmidzi no. 414, An-Nasa’i no. 1794 Lebih Baik dari Dunia dan Seisinya Aisyah radhiyallahu anha telah meriwayatkan sebuah hadits tentang sholat sunnah rawatib sebelum qobliyah shubuh, dari Nabi shallallahu alaihi wasallam, beliau bersabda, “Dua rakaat sebelum shubuh lebih baik dari dunia dan seisinya.” Dalam riwayat yang lain, “Dua raka’at sebelum shubuh lebih aku cintai daripada dunia seisinya.” HR. Muslim no. 725 Diharamkan dari Api Neraka Ummu Habibah radhiyallahu anha telah meriwayatkan tentang keutamaan rawatib dzuhur. Dia berkata, saya mendengar Rasulullah shallallahualaihi wa sallam bersabda “Barangsiapa yang menjaga sholat empat rakaat sebelum zuhur dan empat rakaat sesudahnya, Allah haramkan baginya api neraka." HR. Ahmad 6/325, Abu Dawud no. 1269, At-Tarmidzi no. 428, An-Nasa’i no. 1814, Ibnu Majah no. 1160* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
\npertanyaan tentang shalat sunnah dan fardhu
CariBeli barang sejenis dengan Dzikir Pagi Petang Dan Sesudah Shalat Fardhu - Pustaka Imam Asy Syafii - Pustaka Dakwah lengkap dari berbagai pelapak di Bukalapak. Download app BukaBantuan. Kategori. Barang sejenis Dzikir Pagi Petang Dan Sesudah Shalat Fardhu - Pustaka Imam Asy Syafii. Toko Azzam Nawawi. Jakarta Timur. 95% (3727 feedback) dijelaskan sebelumnya pada jawaban soal nomor 116064 bahwa sunnah hukumnya untuk memisah antara dua shalat sunnah dan fardhu dengan ucapan atau dengan berpindah tempat. Sebagian ulama telah menyebutkan hikmahnya bahwa hal itu agar seorang muslim memperbanyak tempat sujudnya, maka kelak akan menjadi saksi pada hari kiamat. Yang disebutkan di dalam sunnah adalah jika seseorang ingin mendirikan shalat sunnah setelah shalat fardhu maka dia berpindah tempat, tidak disebutkan di dalam sunnah –sesuai dengan yang kami ketahui- untuk berpindah tempat di antara dua shalat sunnah. Jika seseorang ingin berpindah tempat dari keduanya, seperti seseorang yang ingin mendirikan shalat sunnah dua kali empat raka’at untuk memperbanyak tempat sujudnya maka tidak apa-apa. Syeikah Ibnu Baaz –rahimahullah- berkata pada saat menjelaskan tentang shalat sunnah empat raka’at sebelum Dzuhur “Yang lebih utama adalah melaksanakannya dengan dua kali salam dua kali salam, berdasarkan hadits yang shahih صلاة الليل والنهار مثنى مثنى “Shalat malam dan siang itu dua-dua”. Adapun masalah maju, mundur atau pindah ke samping kanan atau kiri, maka hal itu ada beberapa hadits dha’if yang menyebutkannya. Saya tidak mengetahui dalam masalah ini yang menunjukkan adanya anjuran sunnah. Sebagian ulama berkata “Agar tempat sujud tersebut menjadi saksi dalam hal ibadah”, akan tetapi saya tidak mengetahui bahwa hal itu ada riwayatnya dari Nabi –shallallahu alaihi wa sallam-. Jika seseorang mendirikan shalat sunnah rawatib di satu tempat maka tidak apa-apa. Saya tidak mengetahui dalil yang menyatakan bahwa berpindah tempat untuk dua raka’at yang terakhir adalah sunnah, tidak untuk berpindah ke sisi kanan, kiri atau belakang. Jika dia melakukannya maka tidak apa-apa”. Fatawa Nuur Alad Darb 10/296 Wallahu A’lam. Jikaia memiliki shalat sunnah, maka sempurnakanlah pahala bagi hamba-Ku dikarenakan shalat sunnah yang ia lakukan. Kemudian amalan-amalan lainnya hampir sama seperti itu." Shalat sunah terbagi atas 2 bagian A- Shalat sunah rawatib Sholat sunnah rawatib: ialah sholat sunnah yang dilakukan sebelum dan sesudah shalat fardhu (shalat lima waktu). - Shalat merupakan ibadah wajib yang sangat ditekankan dalam Islam. Pelaksanaannya diawali dengan takbiratul ikhram dan diakhiri dengan salam. Ibadah salat harus dilaksanakan oleh setiap muslim wajib yang memenuhi syarat wajib salat. Salat terdiri dari perkataan dan perbuatan. Hukum wajib salat berlaku bagi umat Islam yang memenuhi syarat wajib Wajib Shalat Dikutip dari E-Modul Fikih MI Kelas III, syarat wajib shalat, antara lain a. Beragama IslamUmat Islam baik laki-laki maupun perempuan wajib melaksanakan shalat fardhu. Dalam sehari semalam, shalat fardhu dilaksanakan total sebanyak lima waktu, yakni subuh, zuhur, asar, maghrib, dan isya. b. Baligh Sudah DewasaOrang Islam yang telah baligh atau dewasa wajib melaksanakan shalat. Adapun tanda-tanda baligh bagi anak-anak, yakni Berusia lima belas tahun bagi anak laki-laki atau perempuan, atau; Keluar sperma setelah umur sembilan tahun bagi anak laki-laki, atau; Sudah haid setelah umur sembilan tahun bagi anak perempuan Kendati demikian, anak-anak harus berlatih melaksanakan shalat sejak umur tujuh tahun. c. Berakal sehatOrang yang sehat akalnya, diwajibkan salat. Orang yang hilang akalnya seperti mabuk, pingsan, atau gila, tidak diwajibkan salat. Dalil Salat Fardhu Dilansir dari E-Modul Risalah Tuntunan Salat, berikut merupakan dalil pelaksanaan salat fardu 1. QS. Al-Baqarah 43"Dan dirikanlah shalat, dan keluarkanlah zakat, dan tunduklah / ruku' bersama sama orang-orang yang pada ruku,” QS. Al-Baqarah 43.2. QS. AL-Ankabut 45"Kerjakanlah shalat, sesungguhnya shalat itu mencegah perbuatan yang jahat keji dan yang mungkar". QS. Al-'Ankabut 45 .3. Hadis Rasul"Perintahlah anak-anakmu mengerjakan shalat diwaktu usia mereka meningkat tujuh tahun, dan pukullah kalau enggan melakukan shalat di waktu mereka meningkat usia sepuluh tahun,” HR. Abu DawudKetentuan Shalat Fardhu Syarat Sah ShalatUmat Islam harus memerhatikan ketentuan salat fardu, salah satunya adalah syarat sah salat. Dilansir dari E-Modul Fikih MI Kelas II, syarat sah salat adalah hal-hal yang harus diperhatikan agar salat yang dilaksanakan sah, antara lain a. Suci dari Hadas Kecil dan Hadas besar Bersuci dari hadas kecil dilakukan dengan wudlu atau tayamum. Bersuci dari hadas besar dilakukan dengan mandi atau tayamum b. Suci Badan, Pakaian, dan Tempat Shalat dari Najis Badan dan pakaian yang dikenaan saat shalat haruslah suci dari najis. Selain itu, tempat yang digunakan untuk shalat juga harus suci dari najis. c. Menutup Aurat dengan Pakaian yang Suci Bagi laki-laki, aurat adalah bagian tubuh antara lutut sampai pusar. Bagi perempuan yaitu menutup seluruh tubuh kecuali muka dan kedua telapak tangan. d. Mengetahui Masuknya Waktu Shalat Masing-masing shalat memiliki waktunya tersendiri. Orang yang shalat harus mengetahui waktu shalat. e. Menghadap ke Arah kiblat Arah kiblat adalah arah Ka’bah di Makkah. Arah kiblat bagi orang Indonesia, yakni menghadap ke barat sedikit serong ke kanan. Rukun Shalat Rukun adalah sesuatu yang harus dilakukan dan jika tidak dilakukan, maka ibadahnya tidak sah. Rukun salat terdiri dari a. Niat Niat, yakni menyengaji melaksanakan salat karena Allah SWT bersamaan dengan takbiratul ihram. Niat ada di dalam hati. b. Berdiri bagi yang Mampu Bagi umat Islam yang sehat dan mampu untuk berdiri wajib mengerjakan salat dengan berdiri. Sebaliknya, bagi yang tidak mampu berdiri mendapatkan keringanan atau rukhsoh, yakni salat dengan duduk atau berbaring. c. Takbiratul Ikhram Takbiratul ikhram dilaksankaan dengan mengucapkan Allahu Akbar di awal salat sambil mengangkat tangan. d. Membaca Surah Al-Fatihah Membaca surah al-Fatihah merupakan rukun salat yang dibaca pada setiap rakaat. e. Ruku’ dengan Tuma’ninah Tuma’ninah artinya tenang, kira-kira cukup untuk membaca I’tidal atau Bangun dari Ruku’ dengan Tuma’ninah g. Sujud Dua Kali dengan Tuma’ninah h. Duduk di antara Dua Sujud dengan Tuma’ninah Duduk di antara dua sujud yaitu dengan duduk iftirasy. i. Duduk At-Tahiyyat atau Tasyahud Akhir Duduk pada tasyahud akhir disunahkan dengan duduk tawaruk. j. Membaca At-Tahiyyat atau Tasyahud Akhir k. Membaca shalawat atas Nabi Muhammad SAW pada tahiyyat akhir l. Mengucapkan Salam yang Pertama m. Tertib atau Berurutan Tertib artinya rukun salat tersebut dilakukan secara urut dari awal sampai akhir Sunah-sunah Shalat Salat akan menjadi lebih sempurna jika kita sempurnakan dengan melaksanakan sunah-sunah salat a. Mengangkat tangan ketika takbiratul ihram b. Bersedekap ketika berdiri c. Membaca doa iftitah setelah takbiratul ihram d. Membaca ta’awudz sebelum membaca surat al-Fatihah dan mengucapkan āmīn setelah selesai membaca surat Al-Fatihah; e. Membaca surat atau ayat Al-Qur’an setelah membaca surat Al-Fatihah; f. Mengangkat tangan ketika akan ruku’, i’tidal, dan berdiri setelah tahiyyat awal; g. Membaca tasbih ketika ruku’ dan sujud; h. Membaca doa qunut dalam shalat subuh setelah i’tidal; i. Duduk iftirasy ketika duduk diantara dua sujud dan duduk tahiyyat awal; j. Duduk tawaruk ketika tasyahud akhir; k. Membaca salam yang kedua sambil menoleh ke Yang Membatalkan Shalat Sementara untuk perkara yang dapat membatalkan salat, terdiri dari beberapa, yakni berhadas, baik hadas kecil seperti kentut maupun hadas besar seperti keluar mani; terkena najis di pakaian atau tubuh; terbukanya aurat; makan dan minum dengan lainnya bergerak secara terus menerus sedikitnya tiga gerakan meskipun secara tidak sadar lupa; berpindah tempat salat dengan sengaja; memukul sesuatu dengan serius; menambah rukun salat secara mendahului gerakan imam dalam salat berjamaah; niat membatalkan salat; ragu-ragu apakah salat yang dikerjakan batal atau juga Bacaan dan Gerakan Shalat Fardhu Lengkap dari Niat hingga Salam Daftar Bacaan Doa Setelah Shalat Fardhu dan Tata Caranya Ketentuan Shalat Fardhu Daftar Syarat Wajib dan Sah Salat - Pendidikan Kontributor Nurul AzizahPenulis Nurul AzizahEditor Dhita Koesno
TentangSantri; Profil Aswaja Center; Donasi; Tanya . PISS-KTB; Konsultasi Fiqih; Melalui SMS; Live . PP. Sunni Salafiyah Pasuruan; Suara Nabawi; PP. Nurul Ulum Malang; PP. Asy-Syifa Wal Mahmuudiyyah FIQIH SHOLAT : HUKUM MENUNDA (MENGAKHIRKAN) SHOLAT FARDHU; 3321. FIQIH SHOLAT : HUKUM MENUNDA (MENGAKHIRKAN) SHOLAT FARDHU. Posted on Juli 24

403 ERROR Request blocked. We can't connect to the server for this app or website at this time. There might be too much traffic or a configuration error. Try again later, or contact the app or website owner. If you provide content to customers through CloudFront, you can find steps to troubleshoot and help prevent this error by reviewing the CloudFront documentation. Generated by cloudfront CloudFront Request ID GwegulkIwtESDpKST0_p-tBk1lVjlITslj5i10gkhSWiMBE3aasVWg==

.
  • 165hp0wy53.pages.dev/958
  • 165hp0wy53.pages.dev/214
  • 165hp0wy53.pages.dev/268
  • 165hp0wy53.pages.dev/818
  • 165hp0wy53.pages.dev/922
  • 165hp0wy53.pages.dev/815
  • 165hp0wy53.pages.dev/916
  • 165hp0wy53.pages.dev/56
  • 165hp0wy53.pages.dev/84
  • 165hp0wy53.pages.dev/632
  • 165hp0wy53.pages.dev/854
  • 165hp0wy53.pages.dev/174
  • 165hp0wy53.pages.dev/806
  • 165hp0wy53.pages.dev/857
  • 165hp0wy53.pages.dev/718
  • pertanyaan tentang shalat sunnah dan fardhu