Selaindi Nganjuk, beberapa dari mereka juga pergi ke bukit Tengger di kawasan Bromo, Semeru dan lereng Gunung Wilis. Selama perjalanan mensyiarkan Islam di Kabupaten Nganjuk, Kanjeng Jimat menggunakan pendekatan Hindu-Budha dengan memadukan budaya Islam. Pendekatan yang dilakukan oleh Kanjeng Jimat berbuah manis, alhasil cukup banyak umat ArticlePDF Available AbstractSebagai generasi muda, kita tidak hanya meneladani para pahlawan yang telah perjuang dan mendahului kita untuk menghadap Sang Pencipta, akan tetapi juga harus tahu tentang perjalan hidup mereka. Skripsi ini hadir untuk menjawab kegelisahan penulis akan hal tersebut. Terutama tentang sosok pemimpin yang menjadi cikal-bakal Kabupaten Nganjuk. Tidak hanya sekedar menjadi pemimpin, Raden Tumenggung Sosrokusumo I Kanjeng Jimat juga dikenal oleh masyarakat sekitar dengan karamah yang dimiliki. Tentu saja hal tersebut menjadi nilai lebih beliau sebagai pemimpin. Metode penelitian di dalam hal ini menggunakan kualitatif field research. Pola Penelitian Deskriptif dan Studi Kasus dengan pendekatan kualitatif. Variabel Penelitian tunggal yaitu Karamah Raden Tumenggung Sosrokusumo I. Sumber Data 1. Primer Keluarga, dan Takmir Masjid; 2. Sekunder Dokumentasi serta Arsip-arsip. Metode dan Instrumen Pengumpuan Data Observasi, Wawancara, dan Dokumentasi. Hasil Penelitian 1. Raden Tumenggung Sosrokusumo I Kanjeng Jimat masih memiliki garis keturunan dengan Raja Bima, kemudian Raja Bima memiliki 2 orang putra; yaitu kraeng Nobo dan Kareng Galongsong. Kraeng Nobo mengganti namanya menjadi Kyai Ageng Sulaiman. Dari Kyai Ageng Sulaiman lahirlah Kyai Honggoyudo dan berputra Raden Tumenggung Sosronegoro. Dari Raden Tumenggung Sosronegoro inilah kemudian lahir Raden Tumenggung Sosrokusumo I yang menjadi Bupati Nganjuk Pertama. 2. Raden Tumenggung Sosrokusumo I Kanjeng Jimat merupakan putra dari bupati Grobogan yang diutus untuk menjadi pemimpin di Daerah Berbek kala itu dan menjadi cikal bakal pemerintahan Kabupaten Nganjuk. Berkat kegigihanyya juga, agama islam semakin tersebar dan berkembang di Daerah Berbek. 3. Selama bertempat tinggal di Nganjuk, terutama daerah Berbek Raden Tumenggung Sosrokusumo I Kanjeng jimat banyak terjadi hal-hal yang tak terduga atau karamah. Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for freeContent may be subject to copyright. Volume 7, nomor 2 September, 2021 P-ISSN 2442-5907 E-ISSN 2797-2585 Spiritualis Jurnal Pemikiran Islam dan Tasawuf101 KERAMAT KANJENG JIMAT Raden Tumenggung Sosrokusumo I Adipati Pertama Nganjuk Nur Rotul Kiptiyah Institut Agama Islam Pangeran Diponegoro Nganjuk Email kiptiyahnurrotul Info Artikel Submit 29 Juli 2021 Revisi 16 Agustus 2021 Diterima 25 Agustus2021 Publis 27 September 2021 Abstrak Keramat adalah kemuliaan yang dimiliki oleh wali Allah. Di Nganjuk, ada sosok Kanjeng Jimat yang memiliki keramat unik dibandingkan dengan keramat para wali pada umumnya. Biasanya keramat yang dimiliki oleh para wali itu hanya sekedar cerita yang belum tentu memiliki bukti fisik. Namun keramat Kajeng Jimat masih bisa dilihat secara langsung oleh orang-orang pada saat ini karena keramatnya berupa peninggalan arkeologis. Selain memiliki keramat, Kanjeng Jimat juga orang yang berjasa besar terhadap masyarakat Nganjuk, karena dialah orang yang menjadi adipati bupati pertama di Nganjuk. Artikel ini membahas keramat Kanjeng Jimat dengan metode penelitian kualitatif-field research. Kesimpulan penelitian ini adalah Kanjeng Jimat memiliki keramat kesaktian dan peninggalan-peninggalan arkeologis serta cerita-cerita yang melingkupi benda-benda tersebut. Pertama, ia mampu menggelapkan pandangan mata perampok sehingga tidak menemukan barang berharga. Kedua, ia mampu menangkap Jolobong dengan teknik jurang ringin. Ketiga, ungkal sakti yang tidak bisa dicuri dari tempat asalnya. Keempat, beduk ajaib yang diboyong ke Masjid Agung Nganjuk namun sesampainya di sana beduk tersebut tidak dapat berbunyi meskipun dipukul berkali-kali. Akhirnya dengan terpaksa beduk tersebut dikembalikan lagi ke Berbek. Kelima, mimbar yang diboyong ke Masjid Agung Nganjuk namun kembali lagi ke Berbek. Selain benda-benda yang meninggalkan kisah ajiab tersebut, Kanjeng Jimat juga meninggalkan jodang, gentong, dan bencet. Semua benda peninggalan tersebut masih berada di kompleks masjid Al-Mubarok Berbek Nganjuk. INSTITUT AGAMA ISLAM PANGERAN DIPONEGORO NGANJUK Volume 7, nomor 2 September, 2021 P-ISSN 2442-5907 E-ISSN 2797-2585 Spiritualis Jurnal Pemikiran Islam dan Tasawuf102 Pendahuluan Kabupaten Daerah Tingkat II Nganjuk merupakan salah satu dari 37 Kabupaten yang berada di Provinsi Daerah Tingkat I Jawa Pada awal abad ke X, setelah berakhirnya masa pemerintahan Raja Wawa dari kerajaan Hindu Mataram di Jawa Tengah, Empu Sindok telah memindahkan pusat kerajaan Mataram Kuno tersebut ke Jawa Timur2 dan mendirikan dinasti baru yang diberi nama Dinasti Isyana. Nama Isyana diambil dari gelar resmi Raja Sindok yaitu Empu Sindok Sri Isyana Tungga Dewa Wijaya. Wilayah kerajaan Empu Sindok tidak begitu luas dengan daerah-daerah batas seperti yang disebutkan yaitu Nganjuk disebelah barat, Pasuruan disebelah timur, Surabaya disebelah utara, dan Malang diselatan. Pemindahan pusat kekuasaan dan pusat pemerintahan ke Jawa Timur tersebut dilakukan karena keadaan kerajaan semakin suram dan dirasa kurang aman. Sebelumnya Empu Sindok memperoleh kemenangan yang gilang-gemilang melawan tentara musuh dari kerajaan Sriwijaya disuatu wilayah yang disebut “Anjuk Ladang”.3 Sebagai rasa syukur dan untuk memperingati peristiwa bersejarah tersebut kemudian Sri Maha Raja Empu Sindok mengeluarkan maklumat untuk mendirikan sebuah Candi Jayamerta dan sebuah monument tugu kemenangan Jayastamba disuatu tempat yang bernama Anjuk Ladang, tepatnya di Desa Candi sebelah utara Candi Lor. Selain sebagai media sarana yang mempelajari dan membahas tentang Sejarah Kabupaten Nganjuk, artikel ini juga diharapkan bisa bermanfaat bagi para pembaca. Tujuan penulisan artikel ini adalah untuk meneladani nilai juang dan kiprah Kanjeng Jimat dalam memberikan sumbangsih pada kemajuan masyarakat Berbek khususnya dan Nganjuk pada umumnya. Dengan artikel ini diharapkan dapat melestarikan semangat nasionalisme dalam memerangi penjajah yang telah merampas hak-hak Bangsa pertimbangan itulah penulis menyusun artikel yang akan membahas tentang Keramat Raden Tumenggung Sosrokusumo I Kanjeng Jimat di Kabupaten Nganjuk. 1Harimintadji, dkk. Nganjuk dan Sejarahnya. JakartaPustaka Kartini, 1994, 17. 2 M. Habib Mustopo, Sejarah. Malang Yudistira, 2007, 9. Lailatul Mahfudhoh, Antologi Sejarah Candi Boyolangu. Bogor Gue Pedia, 2016, 35. 3Arjuno Resowiredjo, Hamadi. Epic Romace Anjuk Ladang Sindok Naik Tahta. 2018, 97. 4Kantor Perpustakaan dan Arsip Daerah Kabupaten Nganjuk, Kanjeng Raden Tumenggung Sosrokusumo I Kanjeng Jimat Bupati Pertama Kabupaten Nganjuk Nganjuk Kantor Perpustakaan dan Arsip Daerah Kabupaten Nganjuk, 2013, 3. Volume 7, nomor 2 September, 2021 P-ISSN 2442-5907 E-ISSN 2797-2585 Spiritualis Jurnal Pemikiran Islam dan Tasawuf103 Menurut bahasa keramat berasal dari kata karama-karim yang artinya kemuliaan atau penghormatan dari Allah SWT. Sedangkan menurut istilah keramat memiliki arti kemuliaan berupa sesuatu di luar logika manusia yang Allah berikan kepada para wali Keramat diberikan kepada manusia pilihan Allah yang suka menjalankan kebaikan, sunnah, dan memiliki keistiqomahan beribadah secara lahir dan Sedangkan kata keramat menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia KBBI yang memiliki arti suci dan dapat mengadakan sesuatu diluar kemampuan manusia biasa karena ketakwaanya kepada Tuhan. Menurut ulama sufi Keramat berarti keadaan luar biasa yang diberikan Allah SWT kepada para wali-Nya. Wali ialah orang yang beriman, bertakwa, dan beramal shaleh kepada Allah SWT. Ulama’ sufi meyakini bahwa para wali mempunyai keistimewaan, misalnya kemampuan melihat hal-hal ghaib yang tidak dimiliki oleh manusia umumnya. Allah SWT dapat memberi keramat kepada orang beriman, bertakwa, dan beramal shaleh menurut kehendak-Nya. Peneliti memilih objek penelitian keramat Kanjeng Jimat Raden Tumenggung Sosrokusumo Selaku Adipati Pertama di Kabupaten Nganjuk7 Karena Raden Tumenggung Sosrokusumo I bukan orang sembarangan. Ia seorang pemimpin yang dipilih melalui penunjukan secara langsung, atau diutus tanpa adanya pemilu seperti sekarang. Hal demikian menjadi perhatian penulis sebagai generasi muda bagaimana mungkin seseorang bisa dipercaya sebagai pemimpin secara langsung tanpa pemilu jika ia tidak memiliki keistimewaan. Metode Penelitian Metode penelitian ini menggunakan jenis penelitian Yaitu penelitian yang ditujukan untuk mendeskripsikan dan menganalisis fenomena, peristiwa, aktivitas sosial, 5Abdur Rohman, Injil vs Manakib Studi Perbandingan Antara Kemukjizatan dalam Perjanjian Baru dan Keramat Syaikh Abd al-Qadir al-Jailani Yogyakarta Divo Nusantara, 2015, 3. 6 Yuslia Styawati, Mengenal Tarekat di Dunia Islam Qadiriyah, Syadziliyah dan Syattariyah, dalam Spiritualis Jurnal Pemikiran Islam dan Tasawuf. Vol. 5, no. 1, Maret, 2019, 74. Ia mencontohkan sosok Syaikh Abdul Qadir Jailani sebagai seorang sufi yang memiliki banyak keramat dan mendirikan tarekat Qadiriyah sebagai wadah kaum sufi untuk bermunajat kepada Allah. 7 Abdur Rohman, Diana Elfiyatul Afifah, Walilogi, dalam Spiritualis Jurnal Pemikiran Islam dan Tasawuf. Vol. 7, no. 1 Maret 2021, 55. 8S. Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta Rineka Cipta., 2010, 82-84. Volume 7, nomor 2 September, 2021 P-ISSN 2442-5907 E-ISSN 2797-2585 Spiritualis Jurnal Pemikiran Islam dan Tasawuf104 sikap kepercayaan, persepsi, pemikiran orang secara individual maupun kelompok. Data dihimpun dengan pengamatan seksama, mencakup deskripsi dalam konteks yang mendetail disertai catatan hasil wawancara yang mendalam, serta hasil analisis dokumen dan Adapun lokasi yang dijadikan tempat penelitian artikel ini adalah Masjid Al-Mubarok dan Makam Raden Tumenggung Sosrokusumo Kanjeng Jimat yang terletak di dalam satu kompleks di Desa Kacangan, Kecamatan Berbek, Kabupaten Nganjuk. Data penelitian ini bersumber dari takmir Masjid Al-Mubarok Desa Berbek. Ia adalah salah satu keturunan Raden Tumenggung Sosrokusumo I Kanjeng Jimat, dan semua pihak yang berkaitan dengan Masjid Al-Mubarok Desa Berbek serta Makam Kanjeng Jimat yang terletak dibelakang kompleks area Masjid Al-Mubarok Desa Berbek. Jenis data dalam penelitian ini adalah data kualitatif yang dikelompokkan menjadi dua, yaitu data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh dari sumber pertama seperti hasil dari wawancara dan observasi. Sedangkan data sekundernya diperoleh dari buku atau dokumen lain yang membahas tentang Kanjeng Jimat seperti buku yang ada di Perpusda Nganjuk. Asal-Usul Nama Kanjeng Jimat Mengenai asal-usul nama kanjeng jimat ini ada dua versi yang semua informasinya didapat dari proses wawancara. Pertama penulis melakukan proses wawancara dengan Bapak Sururi10 Yang kedua penulis mewawancarai Bapak Menurut Bapak Sururi, Kanjeng Jimat adalah sebutan dari bupati pertama masing-masing daerah. Ia menyatakan bahwa “Kanjeng jimat niku istilah mbak, istilah dimana setiap orang yang menjadi Bupati pertama disuatu daerah pasti disebut Kanjeng Jimat. Jadi yang punya Kanjeng Jimat tidak hanya Nganjuk tetapi masing-masing daerah pasti punya pemimpin yang disebut dengan istilah Kanjeng Jimat”.12 9 Nana Syaodih Sukmadinata, Metodologi Penelitian Pendidikan Bandung Rosdakarya, 2010, 60. 10 Bapak Sururi merupakan Takmir Masjid Jami Al-Mubarok, Dusun Kacangan Desa Berbek Kabupaten Nganjuk. Mengenai hubungan antara Kanjeng Jimat dengan Bapak Sururi, beliau bukanlah keturunan atau kerabat dari keluarga Raden Tumenggung Sosrokusumo I Kanjeng Jimat. Beliau adalah orang lain yang sengaja diutus untuk ikut memakmurkan Masjid Jami Al-Mubarok. 11 Bapak Musdiono merupakan seorang pakar sejarah Daerah Berbek sekaligus keluarga atau masih memiliki garis keturunan dengan Raden Tumenggung Sosrokusumo I Kanjeng Jimat. 12Wawancara dengan Bapak Sururi, tanggal 19 Juni 2021. Pukul WIB Volume 7, nomor 2 September, 2021 P-ISSN 2442-5907 E-ISSN 2797-2585 Spiritualis Jurnal Pemikiran Islam dan Tasawuf105 Dari penjelasan Bapak Sururi tadi penulis bisa menyimpulkan bahwa istilah Kanjeng Jimat tidak hanya dimiliki oleh Nganjuk dan untuk Raden Tumenggung Sosrokusumo I saja, akan tetapi setiap daerah pasti memiliki tokoh yang disebut sebagai Kanjeng Jimat yaitu tokoh yang menjadi pemimpin pertama. Kemudian dari Bapak Musdiono, penulis juga meminta informasi dan mendapatkan penjelasan tentang Kanjeng Jimat. “Kanjeng Jimat. Asale saking kalimat siji dirumat. Dados kanjeng jimat puniko sosok ingkang dipun keramataken. Lha sing ngramatne sinten? Njeh masyarakat sekitar ingkang ngramataken, ingkang maringi nami niku. Lajeng mengenai sinten mawon sing angsal julukan nami Kanjeng Jimat, setiap daerah leres gadah sosok Kanjeng Jimat niki. Nanging mboten selalu yang menjadi bupati pertama bisa disebut Kanjeng Jimat mbak, senes”.13 Dari keterangan diatas kita ketahui bahwa istilah Kanjeng Jimat memang ada disetiap daerah. Akan tetapi tidak semua bupati pertama disebut kanjeng jimat. Yang terpenting adalah makna dari Kanjeng Jimat14 itu sendiri merupakan sosok yang keberadaannya dikeramatkan, dihormati oleh masyarakat kala itu. Ia juga seorang yang disegani baik oleh pembesar/penguasa maupun oleh rakyat. Deskripsi Wilayah dan Sejarah Berbek Secara administrasi Kabupaten Nganjuk mempunyai 20 Kecamatan dan 284 Desa. Sedangkan Kecamatan yang pernah menjadi ibukota Kabupaten Nganjuk adalah Kecamatan Berbek, tepatnya di Desa Kacangan. Dengan Bupati Raden Tumenggung Sosrokusumo I Kanjeng Jimat. Pada abad ke-17 Kecamatan Berbek menjadi Kabupaten15 di bawah naungan Kesultanan Surakarta yang merupakan wilayah pengawasan Kompeni Pada tahun 1880 ibukota Kabupaten Berbek berpindah ke Nganjuk, hal ini dilakukan bukan tanpa alasan. Pada masa itu alat transportasi masih terbatas, sedangkan di 13Wawancara dengan Bapak Musdiono, Tanggal 02 Juli 2021 pukul WIB. 14 Tim Pustaka Horor, 666 Misteri Paling Heboh Indonesia dan Dunia. Jakarta Kawah Media, 2011, 68. 15 Saleh As’ad Djamhari, Strategi Menjinakkan Diponegoro; Stelsel Benteng 1827-1830. Jakarta Komunitas Bambu, 2004. 16Kantor Perpustakaan dan Arsip Daerah Kabupaten Nganjuk, Kanjeng Raden Tumenggung Sosrokusumo I Kanjeng Jimat Bupati Pertama Kabupaten Nganjuk Nganjuk Kantor Perpustakaan dan Arsip Daerah Kabupaten Nganjuk, 2013, 7-9. Lebih lanjut, Riduwan menyatakan bahwa Nganjuk dibagi menjadi empat wilayah yaitu Berbek, Nganjuk, Godean dan Kertosono. Riduwan, Dinamika Kelembagaan Pondok Pesantren Perubahan dan Modernisasi. Yogyakarta Pustaka Ilmu, 2019, 109. Volume 7, nomor 2 September, 2021 P-ISSN 2442-5907 E-ISSN 2797-2585 Spiritualis Jurnal Pemikiran Islam dan Tasawuf106 Kota Nganjuk terdapat stasiun kereta api yang sangat berpengaruh pada jalannya roda perekonomian di wilayah Nganjuk. Mulai pada tahun 1901 digunakan istilah Regentshcap Nganjuk17 yang artinya pusat pemerintahan. Pada saat itulah adalah kabupaten Berbek berubah menjadi nama Kecamatan Berbek dan kabupaten digunakan untuk menyebut Nganjuk. Sedangkan bekas kantor Kabupaten Berbek yang letaknya berada disebelah utara alun-alun Berbek saat ini sudah beralih fungsi menjadi lahan tebu dan Kantor Kepala Desa Kacangan. Sisa-sisa perkampungan yang dulu ada saat masa pemerintahan Raden Tumenggung Sosrokusumo I Kanjeng Jimat keberadaanya masih lestari dan masih nampak asli rumah dan jalannya. Letak kampung tersebut berada di sebelah timur Kantor Kepala Desa ke utara. Kampung tersebut bernama Kampung Dalem kebanyakan orang menyebut dengan Kampung Ndalem. Dengan tambahan huruf “N” di depan kata Dalem. Wilayah kerja pemerintahan desa Kacangan membawahi 4 RW dan dipimpin oleh seorang kepala desa beserta jajarannya. Desa Kacangan merupakan desa yang mempunyai nilai histori sendiri bagi Kabupaten Nganjuk, mengingat di Desa Kacangan ini dulunya merupakan pusat pemerintahan Kabupaten kala itu. Secara geografis desa Kacangan merupakan desa yang makmur dan sejahtera baik dari sisi ekonomi maupun dari sisi manusianya. Luas wilayah Desa Kacangan adalah 0,59 Km2 dan berada di ketinggian kurang lebih 142 meter di atas permukaan laut. Jarak desa Kacangan dengan kecamatan sekitar 0,3 Km. Sedangkan kalau dihitung jarak dari Desa Kacangan ke Kabupaten Nganjuk sejauh 6 Untuk batas wilayah sendiri, Desa Kacangan berbatasan dengan Desa Sengkut di bagian utara, Desa Berbek di bagian selatan dan timur, sedangkan dari barat berbatasan langsung dengan Desa Sumberwindu. 17 M. Nijhoff, Anthropologica. Vol. 133, 1977, 436. 18Ibid.,11 Volume 7, nomor 2 September, 2021 P-ISSN 2442-5907 E-ISSN 2797-2585 Spiritualis Jurnal Pemikiran Islam dan Tasawuf107 Masjid Al-Mubarok Bangunan diatas merupakan foto tampak depan Masjid Jami Al-Mubarok Berbek sekarang ini. Masjid ini diperkirakan berdiri pada tahun 1745 dan telah mengalami renovasi. Dulu bangunan masjid hanya berada satu bagian utama saja, kemudian diperluas saat masa kepemimpinan adik Raden Tumenggung Sosrokusumo I, Raden Tumenggung Sosrodirjo. Awalnya, di depan masjid ada bencet, namun saat ini keberadaannya di dalam masjid. Pembangunan terus dilakukan demi menambah kenyamanan jamaah dan sebagai wujud syukur pemanfaatan uang kas masjid, yakni diperuntukkan bagi kemakmuran masjid. Bagian atap masjid berbentuk tumpang yang menandakan bahwa manusia ini meninggal hanya membawa tiga perkara, yaitu ilmu yang bermanfaat, amal jariyah, dan anak saleh yang selalu mendoakan orang tuanya. Penulis mencantumkan gambar masjid Al-Mubarok ini karena di dalam kompleks masjid inilah semua benda-benda arkeologis peninggalan Kanjeng Jimat berada. Benda-benda itu memiliki kisah ajaib yang turun-temurun dan dikeramatkan oleh masyarakat. Keramat Raden Tumenggung Sosrokusumo I Kanjeng Jimat Berdasarkan hasil observasi dan intervkew baik dengan Ta’mir Masjid Al-Mubarok – Berbek, keturunan Raden Tumenggung Sosrokusumo I Kanjeng Jimat, dan jamaah Masjid Al-Mubarok-Berbek, maka penulis bisa menyimpulkan bahwa Raden Tumenggung Sosrokusumo ini merupakan sosok luar biasa yang mempunyai keramat tinggi dan pengaruh agama yang luas dimasanya. Hal ini terlihat dari kisah hidup beliau yang 19 Ajeng Kusuma Wardani dkk. Lintas Sejarah Budaya Lokal. Magelang, Pustaka Rumah C1nta, 2020, 50. Volume 7, nomor 2 September, 2021 P-ISSN 2442-5907 E-ISSN 2797-2585 Spiritualis Jurnal Pemikiran Islam dan Tasawuf108 diceritakan oleh orang-orang dekatnya, baik itu keturunan atau yang ikut memakmurkan peninggalannya. Salah satu keramat yang dimiliki Kanjeng Jimat sudah terlihat sejak awal pembangunan Masjid Jami Al-Mubarok, Berbek. Ketika itu, para tukangnya masih menggunakan alat sederhana. Bahkan untuk mengasah barangpun alatnya harus dibawa juga ke lokasi pembangunan masjid. Saat pembangunan Masjid Al-Mubarok Berbek tersebut, Kanjeng Jimat memerintahkan setiap tukang dan warga yang ingin ikut dalam pembangunan masjid supaya berwudhu terlebih dahulu. Perintah ini bukan tanpa alas an. Hal demikian dilakukan agar kelak masjid yang akan digunakan sebagai tempat beribadah kepada Allah diberikan berkah. Bapak Sururi selaku Takmir Masjid Al-Mubarok, Kacangan, Berbek menyatakan “Tukang sing mbangun masjid niki riyen kaleh Mbah Kanjeng Jimat diutus wudhu riyen mbak sakderenge tumut nyandak bangun. Amergi Mbah Kanjeng Jimat pengen kersane Masjid e mbeto berkah”.20 Meskipun bangunan masjid ini merupakan salah satu masjid yang dibangun pada masa lampau dan umurnya juga sudah lama atau sudah tua, namun corak dan arsitektur bangunan masjid Jami Al-Mubarok tidak kalah dengan masjid di jaman sekarang. Kanjeng Jimat dan Si Jolobong Pernah suatu ketika, di daerah Berbek dulunya tekenal dengan banyaknya perampok yang bengis dan kejam. Salah satu perampok yang terkenal kala itu adalah Jolobong. Jika dia menemukan mangsa dan menangkapnya, maka ia tidak akan melepaskan musuhnya sebelum mendapatkan apa yang ia mau. Si Jolobong ini sangat menyukai seni tradisional tayub. Sampai suatu ketika Kanjeng Jimat mendengar perihal Jolobong yang meresahkan warga masyarakat. Dengan kegemilangan ide yang dimiliki oleh Kanjeng Jimat, di daerah Ngetos diadakan seni pertunjukan tayub yang sangat disukai oleh Jolobong tadi. Maksud dari ini semua sebenarnya adalah memberikan pelajaran untuk Jolobong bahwa apa yang ia lakukan selama ini merupakan tindakan yang salah dan meresahkan masyarakat. Setelah 20Wawancara dengan Bapak Sururi, tanggal 19 Juni 2021 pukul WIB. Volume 7, nomor 2 September, 2021 P-ISSN 2442-5907 E-ISSN 2797-2585 Spiritualis Jurnal Pemikiran Islam dan Tasawuf109 acara tayub yang dimaksud diselenggarakan, secara tidak langsung mengundang si Jolobong untuk ikut menyaksikan seni tayub tersebut. Di mana ada tayub disitu pasti ada Jolobong. Ketika sampai dipertengahan acara, Kanjeng Jimat melihat Jolobong hadir diantara kerumunan warga. Tanpa sepengetahuan Jolobong, Kanjeng Jimat mengamati gerak-geriknya. Barulah saat Jolobong Beraksi, yakni merampok barang milik warga yang kebetulan juga ikut menyaksikan tayub, Kanjeng Jimat langsung mengejar Jolobong. Dengan mudah Jolobong tertangkap, sebab sebelum acara tayup dimulai, Kanjeng Jimat telah menyiapkan jebakan untuk menghalau Jolobong yaitu berupa jurang. Sampai saat ini daerah yang digunakan untuk menjebak Jolobong tadi masih ada dan disebut daerah Jurang Ringin. Boyongan ke Berbek Dalam sejarahnya Kanjeng Jimat datang ke Berbek hanya ditemani oleh beberapa orang saja dalam rombongan. Rombongan itulah yang akan menjadi cikal bakal pemerintahan di Daerah Berbek. Sudah menjadi kesepakatan bersama bahwa rombongan Kanjeng Jimat harus memakai baju biasa layaknya rakyat dan bukan memakai pakaian milik bangsawan. Hal tersebut dilakukan supaya tidak dicurigai oleh pihak kompeni Belanda. Namun nasib malang tidak dapat dihindari. Rombongan Kanjeng Jimat memang lolos dari kompeni Belanda, tetapi sampai di pertengahan jalan ada sekumpulan perampok yang menghadang rombongan. Secara otomatis para perampok menggeledah barang bawaan yang dibawa oleh rombongan Kajeng Jimat. Untungnya, di dalam tas tersebut tidak ditemukan barang berharga kecuali kertas dan surat-surat penting dari Keraton Surakarta. Perampok tadi tidak menemukan hal berharga apapun pada rombongan. Padahal jika ditelisik, rombongan tersebut membawa bekal yang bisa diambil perampok. Namun kawanan perampok tadi seperti tidak mengetahui hal apapun. Setelah aman dari mereka, maka rombongan melanjutkan perjalanan menuju Berbek lagi. Benda-benda Arkeologis Sebagai Bukti Kekeramatan Kanjeng Jimat Kanjeng Jimat dikenal dengan karismanya ketika menjadi pemimpin di Kabupaten Nganjuk khususnya daerah Berbek masa itu. Selain menjadi pemimpin, ia juga dikenal Volume 7, nomor 2 September, 2021 P-ISSN 2442-5907 E-ISSN 2797-2585 Spiritualis Jurnal Pemikiran Islam dan Tasawuf110 sebagai ulama yang memiliki keramat luar biasa. Bahkan setelah beliau sudah wafat pun, makamnya masih banyak diziarahi masyarakat, baik dari dalam kota maupun dari luar kota. Pada masa saat pembangunan masjid Jami’ Al-Mubarok Kanjeng Jimat banyak meninggalkan benda-benda yang penuh keajaiban. Di antara bukti kekeramatnya adalah ungkal ajaib, yoni/bencet, mimbar khutbah dan beduk. Ungkal Ajaib Ketika masa pembangunan Masjid Jami Al-Mubarok dimasa Kanjeng Jimat masih hidup, ada salah satu tukang yang ingin pulang ke rumah untuk mengambil ungkal yang tertinggal. Sedangkan rumah tukang tersebut adalah Madiun. Karena Kanjeng Jimat kasihan dengan tukang tersebut, secara spontan ia menunjuk sebuah batu yang kebetulan berada di dekatnya. Ia mengatakan pada tukang tersebut supaya batu itu digunakan sebagai pengganti ungkal yang tertinggal. Sampai saat ini keberadaan ungkal tersebut masih ada dan dirawat dengan baik oleh pihak Masjid Jami Al-Mubarok Berbek. Suatu ketika ada seseorang yang ingin mengambil ungkal tersebut dengan cara menggergaji, namun belum sampai berhasil mengambilnya, orang tersebut mengalami insiden sakit perut dan tidak dapat meneruskan niatannya dan pulang. Sesampainya di rumah orang meninggal dunia. Hingga saat ini bekas gergajiannya masih ada. Ungkal tersebut terletak di selatan masjid dan dilindungi dengan pagar yang mengelilinginya. Oleh sebab itu peristiwa-peristiwa yang mengiringi keberadaan benda tersebut kemudian disebut dengan istilah ungal ajaib. Selain itu pada tahun 2016 Gubernur Jawa Timur telah menetapkan Masjid Jami Al-Mubarok sebagai Bangunan Cagar Budaya Tingkat Provinsi. Oleh karena itu keberadaannya wajib dijaga dan dilestarikan, beserta dengan elemen-elemen yang berada di sekitarnya, termasuk ungkal ajaib ini. Volume 7, nomor 2 September, 2021 P-ISSN 2442-5907 E-ISSN 2797-2585 Spiritualis Jurnal Pemikiran Islam dan Tasawuf111 Gambar di atas merupakan foto ungkal ajaib, yakni berupa batu berukuran kurang lebih 1 meter dan lebar setengah meter atau 50 cm. berikut bekas gergajian orang yang ingin mengambilnya. Yoni/BencetYoni merupakan batu besar berukuran kurang lebih seperti persegi namun memiliki sisi atas yang diukir oleh orang terdahulu. Fungsi utama yoni dulunya merupakan sesembahan masyarakat Berbek sebelum agama Islam datang. Namun setelah kedatangan Kanjeng Jimat, yoni tersebut dialih fungsikan menjadi bencet atau alat yang digunakan untuk melihat waktu sholat. Konon, pembangunan Masjid Al-Mubarok Berbek dibangun hanya dengan satu malam. Oleh karena alasan tersebut ada yang menyebut Masjid Jami Al-Mubaro dengan sebutan Masjid Tiban Berbek. Gambar di atas merupakan foto penampakan yoni atau berncet yang terletak di depan serambi masjid bagian tengah. Dulunya yoni ini berada di halaman masjid yang di kelilingi oleh kolam. Berhubung masjid diadakan renovasi, maka yoni atau bencet inipun diputuskan untuk tetap dipertahankan di tempat aslinya. Yoni tersebut di kelilingi pagar besi sebagai pengaman supaya tidak dirusak oleh tangan-tangan jail. Mimbar Khotbah Mimbar Masjid Jami Al-Mubarok Berbek merupakan masjid bergaya Timur Tengah karena bagian depan terbuka dan berundak-undak berjumlah tiga, dengan ukiran Volume 7, nomor 2 September, 2021 P-ISSN 2442-5907 E-ISSN 2797-2585 Spiritualis Jurnal Pemikiran Islam dan Tasawuf112 berwarna terang, cerah. Mimbar tersebut ketinggiannya mencapai dua meter. Pada bagian depan atas terdapat tulisan yang isinya “Meniko Masjid ing negeri tuyo mirah sinengkalan ratu nitih butho murti” ini adalah masjid yang berada di negeri air murah Berbek tahun 1758 atau 1839 Masehi. Ternyata disetiap sisi mimbar terdapat tulisan Arab yang apabila diterjemahkan merupakan angka. Tulisannyapun sebagai berikut Sisi timur, depan Ratu Nitih Buto Murti 1758 atau 1830 Masehi Sisi selatan, kanan Ratu Pandito Toto Gapura 1759 atau 1830 Masehi Sisi barat, belakang Ratu Pandito Toto Terus 1759 atau 1831 Masehi Mimbar di Masjid Jami Al-Mubarok merupakan mimbar yang terbuat dari kayu jati ukiran tanpa paku nagel padahal ukurannya besar seperti tiang rumah tiang 4 buah. Dulu mimbar ini pernah diboyong ke Masjid Agung Nganjuk selama satu hari. Akan tetapi keesokan harinya mimbar tersebut kembali lagi ke Masjid Jami Al-Mubarok, Berbek. Mengetahui hal tersebut, akhirnya bupati yang memimpin Nganjuk pada masa tersebut memanggil seorang pengukir yang berasal dari Jawa Tengah untuk mengukir sebuah mimbar yang sama persis dengan yang berada di Berbek. Namun belum sampai kubah yang berada di atas mimbar selesai, orang yang membuat sakit dan kemudian meninggal dunia. Maka dari itu mimbar yang berada di masjjid Agung Nganjuk sama persis seperti yang berada di Berbek, hanya saja yang berada di Nganjuk tanpa kuncup kubah dan ukirannya lebih halus jika dibandigkan yang berada di Berbek. Di mimbar Masjid Agung Nganjuk tertuliskan pindahnya pusat pemerintahan dari Berbek ke Nganjuk. Foto Mimbar tampak depan Volume 7, nomor 2 September, 2021 P-ISSN 2442-5907 E-ISSN 2797-2585 Spiritualis Jurnal Pemikiran Islam dan Tasawuf113 Foto mimbar tampak samping Gentong Batu Gentong yang berasal dari batu ini terletak di depan pintu masuk makam Kanjeng Jimat. Gentong ini sekarang difungsikan sebagai penampung air wudhu sebelum masuk makam Kanjeng Jimat. Dulunya gentong batu ini berada di bekas gedung kabupaten Berbek, atau di utara alun-alun berbek. Akan tetapi sewaktu pak Parno masih menjabat sebagai juru kunci makam, gentong tersebut dipindah ke depan makam Kanjeng Jimat. Sedangkan airnya didapat dari sumur Al-Mubarok yang dipercaya dapat digunakan sebagai jamu. Volume 7, nomor 2 September, 2021 P-ISSN 2442-5907 E-ISSN 2797-2585 Spiritualis Jurnal Pemikiran Islam dan Tasawuf114 Jodang/Puri Sesaji Jodang adalah tempat Al-Qur’an yang terbuat dari kayu jati yang diukir. Dahulu, puri ratu atau yang biasa disebut jodang ini digunakan untuk membawa sasrahan jajan manten dan dibawa ke masjid bersama temantennya. Kemudian kedua mempelai dinikahkan oleh penghulu di Masjid Jami Al-Mubarok. Pada bagian atas jodang tersebut tertulis tahun 1745 Masehi. Sekarang, Puri Sesaji atau Jodang tersebut diletakkan di dalam Masjid Jami Al-Mubarok sebelah selatan atau dibagian tempat jamaah pria. Depan pintu masuk masjid bagian selatan atau kiri. Jodang tersebut saat ini digunakan untuk menyimpan Al-Qur’an. Ini merupakan Jodang/Puri sesaji dari depan. Beduk Besar dari Kayu Jati Bulat Beduk ini terletak di serambi depan bagian tengah. Tempat yang digunakan beduk ini berasal dari kayu jati ukiran tanpa paku atau/nagel. Beduk ini mempuyai 4 tiang penyangga. Pada penyangga bagian depan beduk terdapat tulisan huruf Arab pegon yang berbunyi Volume 7, nomor 2 September, 2021 P-ISSN 2442-5907 E-ISSN 2797-2585 Spiritualis Jurnal Pemikiran Islam dan Tasawuf115 “Puniko Pelajer Beduk ing Tuyo Mirah Sinengkalan Ratu Pandito Roso Tunggal”. Yang artinya ini adalah tiang penyangga beduk di Tuyo Mirah Berbek Tahun Candra Sengkalan Ratu Pandito Rasa Tunggal. Selain mimbar yang diboyong ke Masjid Agung Nganjuk, ternyata beduk dan tiang penyangganya ini juga pernah berusaha untuk diboyong juga. Akan tetapi setelah berhasil diboyong sampai di Masjid Agung Nganjuk, beduk tersebut tidak mau berbunyi. Meskipun ditabuh berulang kali. Akhirnya beduk tersebut dikembalikan ke tempat asalnya. Yaitu di Masjid Jami Al-Mubarok Berbek. Kemudian Masjid Agung Nganjuk membuat sendiri beduk yang masih dipergunakan sampai sekarang. Gambar ditas merupakan foto beduk di Masjid Jami Al-Mubarok Berbek yang diletakkan diserambi tengah bagian selatan. Bersebelahan dengan beduk kayu yang akan dibunyikan ketika memasuki waktu shalat dan adzan akan dikumandangkan. Volume 7, nomor 2 September, 2021 P-ISSN 2442-5907 E-ISSN 2797-2585 Spiritualis Jurnal Pemikiran Islam dan Tasawuf116 Gambar diatas merupakan foto tiang penyangga beduk yang terlihat tampak depan ketika diperbesar dan diambil gambarnya dari dekat. Terlihat jelas bahwa ditiang penyangga tersebut terdapat tulisan Arab Pegon yang isinya sudah dituliskan di atas. Pada bagian beduk terdapat Prasasti yang bertuliskan huruf Arab Ghain, Dzal, Nun, dan di bawahnya ada huruf Dzai dza’. Ghain = 1000; Dzal = 700; Nun = 50, dan aksara Dzai dza’ = 7 yang berarti sebagai bulan Rajab dalam perhitungan bulan Islam Jawa. Jadi beduk ini dibuat pada bulan Rajab tahun 1750 Tiang atau Tiang di dalam Masjid Al-Mubarok, Berbek Di dalam bagian utama masjid jami’ Al-Mubarok berbek terdapat 4 tiang utama yang diameternya besar. Ada juga tiang yang ukurannya lebih kecil dari 4 tiang tadi yang letaknya mengelilingi masjid berjumlah 18 tiang. Jumlah tiang tersebut bukanlah kebetulan. Berbek dengan Keraton Demak masih memiliki hubungan karena orang yang mengangkat Bupati Berbek yang pertma, Raden Tumenggung Sosrokusumo adalah Raja Demak Bintoro. Karena kedekatannya dengan Demak Bintoro, Patih Nursalam, ajudan dari Demak Bintoro makamnya berada di depan makam Kanjeng Jimat. Kemudian Mihrab Kubah Masjid Berbek sama persis dengan kubah Masjid Demak Bintoro Jawa Tengah yang terbuat dari baja. Batang bunga masjid juga sama, hanya saja milik Masjid Jami Al-Mubarok bengkok ke barat. Sedangkan di Masjid Demak batang bunganya bengkok ke timur. Hal ini bukan semata-mata kebetulan belaka, namun dari sini dapat diketahui bahwa 21Kantor Perpustakaan dan Arsip Daerah Kabupaten Nganjuk, Kanjeng Raden Tumenggung Sosrokusumo I Kanjeng Jimat Bupati Pertama Kabupaten Nganjuk Nganjuk Kantor Perpustakaan dan Arsip Daerah Kabupaten Nganjuk, 2013, 68. Volume 7, nomor 2 September, 2021 P-ISSN 2442-5907 E-ISSN 2797-2585 Spiritualis Jurnal Pemikiran Islam dan Tasawuf117 antara kedua tempat tersebut, Masjid Jami Al-Mubarok Berbek dengan Masjid Demak Bintoro masih memiliki hubungan. Gambar diatas merupakan foto tiang/tiang penyangga masjid yang berada di Masjid Jami Al-Mubarok, Dusun Kacangan Desa Berbek Kecamatan Berbek Kabupaten Nganjuk. Di dalam masjid terdapat 4 tiang berukuran seperti gambar di atas. Semua tiang, baik tiang besar ataupun kecil terbuat dari kayu jati yang sudah tua dan tanpa paku atau nagel. Volume 7, nomor 2 September, 2021 P-ISSN 2442-5907 E-ISSN 2797-2585 Spiritualis Jurnal Pemikiran Islam dan Tasawuf118 Perlu diketahui, sejak tahun 2016 Masjid Jami Al-Mubarok Berbek telah ditetapkan sebagai cagar budaya oleh Pemerintah Provinsi Jawa Timur. Itu artinya kita sebagai generasi penerus harus ikut serta menjaga dan melindungi peninggalan yang ada dikompleks pemakaman Raden Tumenggung Sosrokusumo I Kanjeng Jimat. Kesimpulan Kanjeng Jimat memiliki banyak keramat dan berbeda dengan keramat pada umumnya yang tinggal cerita. Keramat Kajeng Jimat masih bisa dilihat secara langsung oleh orang-orang pada saat ini karena keramatnya berupa peninggalan arkeologis dan kisah ajaib yang melingkupinya. Pertama, ia mampu menggelapkan pandangan mata perampok sehingga tidak menemukan barang berharga. Kedua, ia mampu menangkap Jolobong dengan teknik jurang ringin. Ketiga, ungkal sakti yang tidak bisa dicuri dari tempat asalnya. Keempat, beduk ajaib yang diboyong ke Masjid Agung Nganjuk namun sesampainya di sana beduk tersebut tidak dapat berbunyi meskipun dipukul berkali-kali. Akhirnya dengan terpaksa beduk tersebut dikembalikan lagi ke Berbek. Kelima, mimbar yang diboyong ke Masjid Agung Nganjuk namun kembali lagi ke Berbek dengan sendirinya. Selain benda-benda yang meninggalkan kisah ajiab tersebut, Kanjeng Jimat juga meninggalkan jodang, gentong, dan bencet. Semua benda peninggalan tersebut tersimpan dengan baik di kompleks masjid Al-Mubarok Berbek Nganjuk. Volume 7, nomor 2 September, 2021 P-ISSN 2442-5907 E-ISSN 2797-2585 Spiritualis Jurnal Pemikiran Islam dan Tasawuf119 DAFTAR PUSTAKA Djamhari, Saleh As’ad. Strategi Menjinakkan Diponegoro; Stelsel Benteng 1827-1830. Jakarta Komunitas Bambu, 2004. Harimintadji, dkk. Nganjuk dan Sejarahnya. JakartaPustaka Kartini, 1994. Kantor Perpustakaan dan Arsip Daerah Kabupaten Nganjuk, Kanjeng Raden Tumenggung Sosrokusumo I Kanjeng Jimat Bupati Pertama Kabupaten Nganjuk. Nganjuk Kantor Perpustakaan dan Arsip Daerah Kabupaten Nganjuk, 2013. M. Nijhoff, Anthropologica, Vol. 133, 1977. Mahfudhoh, Lailatul. Antologi Sejarah Candi Boyolangu. Bogor Gue Pedia, 2016. Mustopo, M. Habib. Sejarah. Malang Yudistira, 2007. Resowiredjo, Arjuno dan Hamadi. Epic Romace Anjuk Ladang Sindok Naik Tahta. 2018. Riduwan, Dinamika Kelembagaan Pondok Pesantren Perubahan dan Modernisasi. Yogyakarta Pustaka Ilmu, 2019. Rohman, Abdur. Diana Elfiyatul Afifah, Walilogi, dalam Spiritualis Jurnal Pemikiran Islam dan Tasawuf. Vol. 7, no. 1 Maret, 2021. Rohman, Abdur. Injil vs Manakib Studi Perbandingan Antara Kemukjizatan dalam Perjanjian Baru dan Keramat Syaikh Abd al-Qadir al-Jailani. Yogyakarta Divo Nusantara, 2015. S. Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta Rineka Cipta., 2010. Styawati, Yuslia. Mengenal Tarekat di Dunia Islam Qadiriyah, Syadziliyah dan Syattariyah, dalam Spiritualis Jurnal Pemikiran Islam dan Tasawuf. Vol. 5, no. 1, Maret, 2019. Sukmadinata, Nana Syaodih. Metodologi Penelitian Pendidikan. Bandung Rosdakarya, 2010. Tim Pustaka Horor, 666 Misteri Paling Heboh Indonesia dan Dunia. Jakarta Kawah Media, 2011. Wardani, Ajeng Kusuma dkk. Lintas Sejarah Budaya Lokal. Magelang, Pustaka Rumah C1nta, 2020. ... Perpindahan ibukota dari Berbek ke Nganjuk menjadi cukup membingungkan dikarenakan tidak adanya bukti yang menjelaskan perpindahan, khususnya serah terima kekuasaan antara afdeeling Berbek dan Nganjuk ataupun proses penggabungan kedua afdeeling tersebut Siswanto & Lestari, 2018. Pada abad ke-17 wilayah Berbek merupakan sebuah Kabupaten dibawah pengawasan Kesunanan Surakarta yang kemudian pada tahun 1830 pasca Perjanjian Sepreh merupakan wilayah dibawah kekuasaan kolonial Belanda Kiptiyah, 2021. Dalam Arsip Nasional Republik Indonesia Bijlagen ...... Terdapat beberapa hal yang dapat dijadikan sebagai alasan perpindahan pusat pemerintahan dari Berbek ke Nganjuk, seperti yang disebutkan Kiptiyah, 2021 dalam kajiannya bahwa pada masa itu transportasi untuk menuju wilayah Berbek masih terbatas dan sedangkan untuk wilayah Nganjuk sudah terdapat stasiun kereta api yang mana hal tersebut menjadi pengaruh besar dalam roda perekonomian di wilayah tersebut dan sekitarnya. Pada tahun 1901 muncul istilah Regentschap Nganjuk yang memiliki pengertian pusat pemerintahan dan hal tersebut merubah nama Berbek menjadi Kecamatan Berbek dan istilah Kabupaten digunakan untuk menyebut Nganjuk Kiptiyah, 2021. ...... Terdapat beberapa hal yang dapat dijadikan sebagai alasan perpindahan pusat pemerintahan dari Berbek ke Nganjuk, seperti yang disebutkan Kiptiyah, 2021 dalam kajiannya bahwa pada masa itu transportasi untuk menuju wilayah Berbek masih terbatas dan sedangkan untuk wilayah Nganjuk sudah terdapat stasiun kereta api yang mana hal tersebut menjadi pengaruh besar dalam roda perekonomian di wilayah tersebut dan sekitarnya. Pada tahun 1901 muncul istilah Regentschap Nganjuk yang memiliki pengertian pusat pemerintahan dan hal tersebut merubah nama Berbek menjadi Kecamatan Berbek dan istilah Kabupaten digunakan untuk menyebut Nganjuk Kiptiyah, 2021. Pada prinsipnya terdapat 3 alasan utama perpindahan ibukota dari Berbek ke Nganjuk yang diantaranya faktor geografis, kepercayaan masyarakat Jawa yang meyakini bahwa wilayah Berbek merupakan wilayah yang tidak cukup baik digunakan sebagai pusat pemerintahan, dan suksesi pemerintahan khususnya pada kepemimpinan Sosrokoesoemo III Siswanto, 2018. ...Didit Ditya FritambiradiSlamet Sujud Purnawan JatiThis study describes the movement of the capital from Berbek to Nganjuk in 1880 M. Berbek and Nganjuk were afdeeling under the Karesidenan Kediri government with Berbek as the center of government. Berbek has an isolated geographical location on the slopes of Mount Wilis and has a type of soil that hinders the development of a city. In the era of Regent Sosrokoesoemo III, the center of government was moved to Nganjuk on the grounds that Nganjuk was a potential area with railroads, strategic geography, and had good soil types for urban and agricultural development. After the relocation of the capital Nganjuk, there was a big change from the construction of stations, post offices, hospitals, sugar factories. This study uses historical research methods by examining in terms of historical geography or ini menjelaskan terkait perpindahan ibukota dari Berbek ke Nganjuk pada tahun 1880 M. Berbek dan Nganjuk merupakan afdeeling di bawah pemerintahan Karesidenan Kediri dengan Berbek sebagai pusat pemerintahannya. Berbek memiliki letak geografis yang terisolasi di lereng Gunung Wilis dan memiliki jenis tanah yang menghambat untuk perkembangan sebuah kota. Pada era Bupati Sosrokoesoemo III pusat pemerintahan dipindah ke Nganjuk dengan alasan Nganjuk sebagai wilayah yang potensial dengan adanya rel kereta api, letak geografis yang strategis, dan memiliki jenis tanah yang bagus untuk perkembangan kota dan pertanian. Pasca pemindahan ibukota Nganjuk mengalami perubahan yang besar dari adanya pembangunan stasiun, kantor pos, rumah sakit, dan pabrik gula. Penelitian ini menggunakan metode penelitian sejarah dengan mengkaji dari segi geografi kesejarahan atau NijhoffM. Nijhoff, Anthropologica, Vol. 133, Romace Anjuk Ladang Sindok Naik TahtaArjuno ResowiredjoDan HamadiResowiredjo, Arjuno dan Hamadi. Epic Romace Anjuk Ladang Sindok Naik Tahta. RohmanDiana Elfiyatul AfifahWalilogiSpiritualisRohman, Abdur. Diana Elfiyatul Afifah, Walilogi, dalam Spiritualis Jurnal Pemikiran Islam dan Tasawuf. Vol. 7, no. 1 Maret, MargonoMetodologi Penelitian PendidikanS. Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta Rineka Cipta., Penelitian Pendidikan. Bandung RosdakaryaNana SukmadinataSyaodihSukmadinata, Nana Syaodih. Metodologi Penelitian Pendidikan. Bandung Rosdakarya, 2010. Sedangkandalam ilmu Fiqih Islam, Siti Jenar muda berguru kepada Sunan Ampel selama 8 tahun. Dan belajar ilmu ushuluddin kepada Sunan Gunung Jati selama 2 tahun. Setelah wafatnya Sayyid Kahfi, Siti Jenar diberi amanat untuk menggantikannya sebagai Mursyid Thariqah Al- Mu'tabarah Al- Ahadiyyah dengan sanad Utsman bin 'Affan.
Sejarah Nganjuk Berbek,Cikal Bakal Kabupaten Nganjuk anjeng Raden Toemenggoeng Sosrokoesoemo I Dalam uraian berikut ini lebih banyak menjelaskan tentang 3. Baca Akte Komisaris Daerah-daerah Keraton yang telah diambil alih oleh Residensi Kediri, yang ditandatangani di Semarang oleh Van Lawick Van Pabst. Dalam akte kolektif ini juga ditetapkan personalia pejabat-pejabat Kabupaten yang lain, seperti Patih, Mantrie, Jaksa, Mantri Wedono / Kepala Distrik, mantri Res dan Penghoeloe. Perjalanan sejarah keberadaan Kabupaten Berbek “cikal bakal” Kabupaten Nganjuka sekarang ini. Dikatakan “cikal bakal” karena ternyata kemudian bahwa alur Sejarah Kabupaten Nganjuk adalah berangkat dari keberadaan KabupatenBerbek dibawah kepemimpinnan Radeen Toemenggoeng Sosrokoesoemo 1. Kapan tepatnya daerah Berbek mulai menjadi suatu daerah yang berstatus kabupaten, kiranya masih sulit diungkapkan. Namun dari silsilah keluarga dan catatan”Peninggalan Kepurbakalaan Kabupaten Nganjuk” tulisan Drs. Subandi, dapat diketahui bahwa bupati Berbek yang pertama adalah KRT. Sosrokoesoemo 1 terkenal dangan sebutan Kanjeng Jimat. Pada masa pemerintahanya dapat diselesaikan sebuah bangunan masjid yang bercorak hinduistis yang bernama masjid yoni Al Mubaarok. Terdapat sinengkalan huruf arab berbahasa jawa yang berbunyi Bagian depan Ratu Pandito Tata Terus 1759 Bagian Bawah Ratu Nitih Buto Murti1758 Kanan/kiri Ratu Pandito Tata Terus 1759 Belakang Ratu Pandito Tata Terus 1759 Kanjeng Raden Toemenggoeng Sosrodirdjo Setelah KRT Sosrokoesoemo meninggal dunia tahun 1760 Leno Sarosa Pandito Iku, sebagai penggantinya adalah Kanjeng Raden Toemenggoeng Sosrodirdjo. Mendekati tahun 1811, Kabupaen Berbek pecah menjadi 2dua, yaitu Kabupaten Berbek dan Kabupaten Godean. Sebagai bupati Godean adalah Raden Mas Toemenggoeng Sosronegoro II. Kanjeng Radeen Toemenggoeng Sosrokoesoemo II Dalam perkembangan selanjutnya, sebagai tindak lanjut adalah perjanjian sepreh tahun 1830, yaitu adanya rencana penataan kembali daerah-daerah dibawah pengawasan dan kekuasaan Nederlandsch Gouverment,dengan SK 31 agustus 1830, ditetapkan bahwa Kabupaten Godean dinyatakan dicabut dan selanjutnya digabung dangan Kabupaten Berbek yang terdekat. Dengan akte Komisaris daerah-daerah Keraton yang telah diambil alih dan ditandatangani oleh Van Lawick Van Pabst tanggal 16 juni 1831 di Semarang, ditunjuk sebagai bupati Berbek adalah Kanjeng Radeen Toemenggoeng Sosrokoesoemo II. Dari akte tersebut dapat diketahui bahwa Godean telah berubah statusnya menjadi Distri Godean, yang bersama-sama dengan distrik Siwalan dan distrik Berbek menjadi bagian dari wilayah Kabupaten Berbek. Raden Ngabehi Pringgodikdo KRT Sosrokoesoemo II1830-1852meninggal dunia tanggal 27 agustus 1852 karena menderita sakit ditunjuk sebagai penggantinya adalah Raden Ngabehi Pringgodikdo, patih dari luar Kabupaten Ngrowo, yang bukan termasuk garis keturunan / keluarga dari II. Pilihan jatuh pada Pringodikdo ini karena putra-putra dari II Bupati yang telah meninggal dianggap kurang mampu unuk menduduki jabatan bupati tersebut Sedangkan Pringgodikdo dinilai lebih cakap dan berbudi pekerti yang baik, selain itu mempunyai pengalaman yang cukup daripada calon-calon lain yang diusulkan, sehingga dianggap mampu dan pantas untuk menggantikan KRT. Sosrokoesoemo II almarhum. Pengangkatan Pringgodikdo sebagai bupati yang ditetapkan dengan Surat Keputusan Gubernur Jendral Nederlandsch India di Batavia, tanggal 25 November 1852. selanjutnya, apabila disimak dari isi surat residen Kedirie yang pertama, tanggal 20 September 1852 tetang pertimbangan-pertimbangan terhadap Pringgodikdo untuk diangkat menjadi Bupati Berbek adalah sebagai berikut “Kabupaten Berbek penting sekali, juga sangat luas, yang meliuti delapan distrik diwilayahnya, dan berbatasan dangan residen Madiun, Soerabaja, rembang, sehingga Policie disana seharusnya waspada…” Menurut “Akte Komisaris daerah-daerah Kraton yang telah diambil alih “tanggal 16 Juni1831, bahwa dikabupaten Berbek terdapat 3tiga distrik, Kabupaten Nganjuk ada 2dua distrik dan Kabupaten Kertosono ada 3tiga distrik, sehingga jumlah keseluruhan ada 8delapan distrik, sama dengan yang disebutkan dalam SK di atas. Hal ini berarti sebelum II meninggal, telah terjadi suatu proses penghapusan Kabupaten Nganjuk dan Kabupaten Kertosono yang meliputi distrik-distrik Berbek, Goden, Siwalan asli dari Kabupaten Berbek, Ngandjoek, Gemenggeng berasal dari Kabupaten Ngandjoek, Kertosono, Waroe Djajeng, Lengkong berasal dari Kabupaten Ketosono. Raden Ngabehi Soemowilojo Raden Ngabehi Pringgodikdo menjabat sebagai bupati Berbek lebih kurang 14 tahun, yaitu sampai dengan tahun 1866. setelah mangkat digantikan oleh Raden Ngabehi Soemowilojo, patih pada kadipaten Blitar dengan SK Gubernur Jendral Nederlandsch Indie tanggal 3 September 1866 No. 10. selanjutnya dengan SK Gubernur Jendral Nederlandsch Indie tanggal 21 oktober 1866 dia diberi gelar toemenggoeng dan diijimkan manamakan diri Raden Ngabehi Soemowilojo. Radeen Toemenggoeng Sosrokoesoemo III Raden Ngabehi Soemowilojo meninggal dunia tanggal 22 februari 1878. Untuk menduduki jabatan Bupati Berbek yang kosong tersebut telah diangkat Raden Mas Sosrokoesoemo III, Wedono dari Nederlandsch Indie tanggal 10 april 1878 menjadi Bupati Berbek. Bersama dengan itu diberikan totle jabatan Toemenggoeng dan diijinkan menuliskan namanya Radeen Toemenggoeng Sosrokoesoemo. Pada masa pemerintahan Radeen Toemenggoeng Sosrokoesoemo III inilah terjadi suatu peristiwa yang amat penting bagi perjalanan sejarah pemerintahan di Nganjuk hingga sekarang ini. Peristiwa tersebut adalah adanya kepindahan tempat pusat pemerintahan dari kota Berbek menuju kota Nganjuk. Mengenai hal boyongan ini akan diuraikan nanti. Raden Mas Toemenggoeng Sosro Hadikoesoemo Pada tanggal 28 September 1900, RM. Adipati Sosrokoesoemo III karena menderita sakit yang terus menerus sehingga terpaksa memberanikan diri mengajukan permohonan kepada Gubernur Jendral Nederlansch Indie untuk diberhentikan dengan hormat dari jabatan Negara dengan diberikan hak pensiun. Dan selanjutnya, memohon agar karirnya putra laki-laki tertuanya Raden Mas Sosro Hadikoesoemo menggantikan jabatan sebagai Regent Bupati Berbek. Berdasarkan Besluit Gubernur Jendral nederlansch Indie tanggal 2 Maret 1901 No 10, Pemerintahan Hindia Belanda memberhentiakan Adipati Sosrokoesoemo dan selanjutnya mengangkat redden Mas Sosro Hadikoesoemo sebagai Regent Bupati Berbek dan memberinya gelar Toemenggoeng dan mengijinkan menamakan dan menuliskanRaden MAs Toemenggoeng Sosro Hadi Koesoemo. Satu hal penting yang perlu dipehatikan pada masa jabatan RMT. Sosro Hadi Koesoemo ini adalah mulai digunakan sebutan Regentschap Kabupaten Nganjuk, yang pada waktu-waktu sebelumnya masih di sebut Afdelling Berbek Kabupaten Berbek. Tentang hal ini dapat dilihat pada Regeering Almanak 1852-19420. Arti Lambang Kabupaten Nganjuk Inilah gambar lambang Kabupaten Nganjuk Logo Kabupaten Nganjuk Lambang Daerah terdiri atas 4 bagian, yaitu Dasar Lambang Bagian atas, berisi gambar bintang bersudut 5 Bagian tengah dan samping berisi gambar-gambar sebagai berikut * Pita bertuliskan BASWARA YUDHIA KARANA * Rantai berbentuk lingkaran * Gunung dan air terjun * Sawah dan sungai * Padi dan kapas * Pohon beringin dalam segilima beraturan * Sayap Bagian bawah berisi Pita bertuliskan angka JAWA Pita bertuliskan NGANJUK Makna Gambar dalam Lambang Kabupaten Nganjuk Perisai bersudut lima berdasar biru dan bertepi putih melambangkan jiwa kerakyatan, kesetiaan dan kesucian masyarakat Nganjukyang selalu siaga dalam menghadapi segala tantangan. Bintang bersudut lima berwarna emas melambangkan Ketuhanan Yang Maha Esa, cita-cita luhur dan suci sebagai pedoman perjuangan untuk mewujudkan cita-cita masyarakat adil dan makmur. BASWARA YUDHIA KARANA artinya cemerlang karena perjuangan. Rantai berbentuk lingkaran melambangkan kebulatan tekad rakyat Nganjuk, yang dilandasi semangat perjuangan dan persatuan. Tiga puncak gunung berwarna hitam memiliki arti filosofis Tri Dharma Amerta dan secara historis menunjukkan Jaman Kejayaan Nasional, Jaman Penjajahan dan Jaman Kemerdekaan. Gunung, malambangkan sumber kekayaan alam air terjun sedudo adalah air suci pemberian Tuhan Yang Maha Esa, yang merupakan rahmat untuk dinikmati oleh umat-Nya. Sawah mengandung makna kemakmuran, dan sungai juga bermakna kemakmuran dan kesuburan. Gunung berpuncak tiga, sawah dan sungai digambarkan dalam rantai yang berbentuk lingkaran, itu mempunyai makna Dengan tekad yang bulat dan kekayaan alam yang melimpah memberikan keyakinan kepada masyarakat Nganjuk untuk berjuang mewujudkan tercapainya masyarakat adil dan makmur. Padi dan kapas melambangkan pangan dan sandang yang menjadi kebutuhan pokok rakyat sehari-hari. Jumlah padi 17 butir, kapas 8 buah, daun padi 4 helai, daun kapas 5 helai mencerminkan semangat dan jiwa proklamasi 17-8-45. Pohon beringin berdaun lima kelompok dalam segi lima beraturan bermakna pengayoman, perlindungan dan perdamaian, serta juga menggambarkan adanya lima wilayah kerja pembantu bupati. Sayap dengan 20 helai bulu berwarna emas melambangkan wilayah daerah terdiri dari 20 kecamatan. Pita bertuliska angka Jawa yang mengikat dua pangkal sayap mewujudkan angka 937 M, yang merupakan ditetapkannya tahun hari jadi Nganjuk. Secara keseluruhan, lambang daerah ini mengandung makna sebagai berikut Dengan semangat dan jiwa proklamasi 17-8-45 rakyat Nganjuk yang telah tumbuh dan berkembang sejak tahun 937 M, bersama Pemerintah Daerah yang berwibawa bertekad bulat untuk berjuang terus dengan segala potensi daerahnya, sehingga tercapai cita-cita luhur, masyarakat adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. Daftar Nama kecamatan di Kabupaten Nganjuk 1. Kecamatan Bagor 2. Kecamatan Baron 3. Kecamatan Berbek 4. Kecamatan Gondang 5. Kecamatan Jatikalen 6. Kecamatan Kertosono 7. Kecamatan Lengkong 8. Kecamatan Loceret 9. Kecamatan Nganjuk 10. Kecamatan Ngetos 11. Kecamatan Ngluyu 12. Kecamatan Ngronggot 13. Kecamatan Pace 14. Kecamatan Patianrowo 15. Kecamatan Prambon 16. Kecamatan Rejoso 17. Kecamatan Sawahan 18. Kecamatan Sukomoro 19. Kecamatan Tanjunganom 20. Kecamatan Wilangan Dari Kecamatan diatas dibagi menjadi 4 kawasan yaitu 1. Kawasan Utara Anjuk Ladang 2. Eks Kadipaten Berbek & Godean 3. Daerah Kertosono Tengah Waroedjajeng
Silsilahkeluarga Anies Baswedan, garis keturunan, genealogy, kerabat, saudara, hubungan keluarga dari Anies Baswedan H. Anies Rasyid Baswedan, S.E., M.P.P., Ph.D., adalah seorang akademisi pendidikan dan juga politikus Indonesia yang menjabat sebagai Gubernur DKI Jakarta untuk periode 2017 hingga 2022.[1] Anies Baswedan adalah cucu
Kompleks makam Kanjeng Jimat. Foto FebriyantoTRENGGALEK - Keberadaan Kabupaten Trenggalek Jawa Timur tidak bisa dilepaskan dari pendiri-pendirinya di jaman dulu. Salah satunya Bupati pertama Trenggalek bernama Raden Mangun Negoro. Berdasar silsilah, Bupati Mangun Negoro masih trah Kerajaan Mataram karena keturunan sunan Paku Buwono garis keturunan ini, Bupati Mangun Negoro memiliki keturunan Bupati Trenggalek selanjutnya. Bahkan ada keturunannya yang menjadi Bupati Nganjuk, Tulungagung hingga Ponorogo. Dari silsilah Paku Buwono I juga satu garis keturunan dengan mangun Negoro yang yang menjadi Bupati Mojokerto dan Kepala Seksi kebudayaan Dinas pendidikan dan kebudayaan Trenggalek Agus Pramono, Bupati Mangun Negoro meninggal pada 1842. Bupati ini memiliki peran saat menyembunyikan putra Pangeran Diponegoro ketika sang pangeran dan keluarganya dikejar Kolonial Belanda dalam Perang kisah disebutkan Agus, Bupati mangun Negoro lantas mengambil putra Pangeran Diponegoro menjadi menantu. Ialah yang pada kemudian hari menurunkan bupati-bupati Trenggalek pada masa itu. Selain itu, Bupati Mangun Negoro oleh masyarakat Trenggalek dijuluki sebagai Kanjeng Jimat. Hal ini tidak mengherankan sebab bagi masyarakat Jawa Timur, bupati yang memiliki kelebihan akan mendapatkan gelar kanjeng Jimat, seperti halnya Mangun Mangun Negoro memang berjasa besar bagi Trenggalek. Menurut sejarah yang dituturkan Agus, dulunya Trenggalek sempat akan dihapus oleh Belanda. Namun begitu Bupati Kalangbret R Mangun Dirono sempat meminta Mangun Negoro untuk mempertahankan Trenggalek. Jika upayanya berhasil Trenggalek akan dipertahankan dan ia berhak menjabat pimpinan wilayah Kanjeng Jimat sendiri saat ini menjadi jujugan peziarah dalam wisata religi. Makamnya berada di Ngulan Kulon Pogalan Trenggalek. Letaknya berada di atas bukit dengan ketinggian sekitar 80 menuju makan, pengunjung harus menaiki ratusan anak tangga dengan sudut kemiringan sekitar 50-60 derajat. Selain makam Bupati Mangun Negoro dan dua istrinya yang dipercaya salah satunya merupakan wanita Belanda, dalam kompleks cungkup makam juga ada peristirahatan terakhir Bupati Trenggalek selanjutnya yang juga keturunan Kanjeng Jimat, yakni Bupati R Mangun Dirdjo. R-7
Babadmenurut Rokhman (2014:11) berisi cerita sejarah, namun tidak selalu berdasarkan fakta. Teks babad isinya merupakan campuran antara fakta sejarah, mitos, dan kepercayaan. Itulah sebabnya, babad sering disamakan dengan hikayat. Di tanah Melayu tulisan yang mirip dengan babad dikenal dengan sebutan tambo atau silsilah.
SEJARAH ISLAM DI KABUPATEN NGANJUK PADA MASA KANJENG JIMAT Sejarah keberadaan Kabupaten Berbek “cikal bakal” Kabupaten Nganjuk sekarang ini. Dikatakan “cikal bakal” karena ternyata kemudian bahwa alur sejarah kabupaten Nganjuk adalah berangkat dari keberadaan Kabupaten Berbek dibawah kepemimpinnan Radeen Toemenggoeng Sosrokoesoemo tepatnya daerah Berbek mulai menjadi suatu daerah yang berstatus kabupaten, kiranya masih sulit diungkapkan. Namun dari silsilah keluarga dan catatan ”Peninggalan Kepurbakalaan Kabupaten Nganjuk” tulisan Drs. Subandi, dapat diketahui bahwa bupati Berbek yang pertama adalah KRT. Sosrokoesoemo 1 terkenal dangan sebutan Kanjeng Jimat.Pada masa pemerintahanya dapat diselesaikan sebuah bangunan masjid yangbercorak hinduistis yang bernama masjid yoni Al Mubaarok. Terdapat sinengkalan huruf arab berbahasa jawa yang berbunyi Bagian depan Ratu Pandito Tata Terus 1759 Bagian Bawah Ratu Nitih Buto Murti1758 Kanan/kiri Ratu Pandito Tata Terus 1759 Belakang Ratu Pandito Tata Terus 1759 Kanjeng Raden Toemenggoeng SosrodirdjoSetelah KRT Sosrokoesoemo meninggal dunia tahun 1760 Leno Sarosa Pandito Iku, sebagai penggantinya adalah Kanjeng Raden Toemenggoeng Sosrodirdjo. Mendekati tahun 1811, Kabupaten Berbek pecah menjadi 2dua, yaitu Kabupaten Berbek dan Kabupaten Godean. Sebagai bupati Godean adalah Raden Mas Toemenggoeng Sosronegoro menjadi satu komplek dengan masjid al-Mubarok. Makam kanjeng jimat ada pada posisi 6 dari timur. Secara fisik, panjang kijingan makam Secara geografis makam kanjeng jimat berada di desa kacangan atau letak berukuran 2,60 m, lebar 0,90 m, dan tinggi 0,50 m serta tinggi nisan 0,95 m. diutara makam terdapat payung tingkat bagian selatan kijingan terdapat prasasti memakai huruf Arab, namun menggunakan bahasa Jawa yang berbunyi “Punikao Pasarean Kanjeng Ratu Toemenggung Sosro Kusumo”. Selain itu makam ditutup dengan kelambu putih dan kuning 3,40 diberi kerangka dari kayu jati yang berukuran tinggi 2 m dan panjang 3,40 m. Masjid Al Mubarak merupakan salah satu bangunan religi yang mengandung unsur sejarah di Kabupaten Nganjuk. Anda dapat menjumpai masjid ini di kawasan kecamatan Berbek, tepatnya di sebelah barat alun-alun prasasti Sosrokusumo yang ada di dinding Masjid disebutkan bahwa Masjid ini telah didirikan pada tahun 1745 Masehi. Masjid Al Mubarak ini memiliki ciri khas arsitektur yang kental dengan unsur Jawa. Berbagai ukiran pada kayu jati memenuhi langit-langit dan mimbar masjid. Bagi sebagian masyarakat Nganjuk kedudukan kanjeng jimat mempunyai arti tersendiri. Beliau orang yang dianggap paling berjasa terhadap keberadaan Nganjuk selanjutnya. Makam kanjeng jimat tak pernah sepi dari peziarah, baik siang maupun malam hari. Yang melakukan ziarah, tidak hanya berasal dari Nganjuk, tetapi juga ada yang berasal dari Kediri, Tulungagung, Blitar, Bojonegro, Malang, Madiun, Jombang dan Jimat adalah seorang bupati ke-5 dikadipaten berbek dan sebagai bupati pertama di kabupaten Nganjuk. Kanjeng jimat sesuai data dokumen “Surabaya Post” yang dijelaskan pada tahun 1930, adalah putra menantu sultan Agung Mataram yang sangat gigih dalam menentang penjajah Belanda. Sumber
Sayamau ziarah ke Kanjeng Jimat, "kata Sukamto (64) warga Ngantru, Trenggalek, Jatim. Ada prasasti, persisnya di bagian selatan kijingnya yang bertuliskan huruf Arab tapi berbahasa jawa. Kalimat itu terbaca. "Puniko Pesarean Kanjeng Ratu Toemenggung Sosro Kusumo.". Kalimat itu bisa dimaknai bahwa jasad yang sumare dalam makam tersebut Silsilahdan Garis Keturunan Sunan Kudus. Silsilah Dan Garis Keturunan Sunan Bonang (Maulana Makdum Ibrahim) Silsilah Dan Garis Keturunan Sunan Giri (Raden Ainul Yaqin) Menurut sumber-sumber primer sejarah Cirebon, Sunan Gunungjati selama hidupnya pernah menikah sebanyak 6 kali, adapun wanita-wanita yang pernah diperistri beliau adalah sebagai NGANJUK Ainul Yakin Calon Wakin Bupati Nganjuk yang mendampingi Calon Bupati Nganjuk Desy Natalia Widya melakukan ziarah ke Makam para tokoh dan ulama di Nganjuk, Rabu (17/1/2018). Pasangan Desy - Gus Yakin pertama berziarah ke makan Kanjeng Jimat Sosrokoesomo di Berbek, Nganjuk. Kanjeng Jimat Sosrokoesomo adalah Bupati Pertama di Nganjuk yang memiliki kemampuan []
  1. Иցиፆеկևжу շኑβаτէμе з
    1. ጄθ до ճոኽа ωփикቂሗοзу
    2. Ձու ሱυтвուдрес
    3. А λጩ ша
  2. Լε θнегежጇղը
  3. Еδ իшэπէкըβոյ
    1. Ачучаጩօνю ո րዪնር
    2. У ቾባа χዣхрፌሊиሸጢψ ሹжιх
diungkapkan Namun dari silsilah keluarga dan catatan:"Peninggalan Kepurbakalaan Kabupaten Nganjuk" tulisan Drs. Subandi, dapat diketahui bahwa bupati Berbek yang pertama adalah KRT. Sosrokoesoemo 1 (terkenal dangan sebutan Kanjeng Jimat) . Pada masa pemerintahanya dapat diselesaikan sebuah bangunan masjid
NGANJUK- Di tengah kesibukannya, Calon Wakil Gubernur (Cawagub) Jatim nomor urut satu Emil Dardak, menyempatkan diri berziarah ke makam Kanjeng Jimat di Jl Masjid Al Mubarok, Desa Kacangan, Kecamatan Berbek, Minggu (10/3) lalu.Selain mendoakan, ziarah juga jadi sarana untuk mengenang sejarah perjuangan bupati pertama Nganjuk itu. "Ini sambung doa sekaligus penghormatan kepada para pejuang
.
  • 165hp0wy53.pages.dev/267
  • 165hp0wy53.pages.dev/348
  • 165hp0wy53.pages.dev/900
  • 165hp0wy53.pages.dev/293
  • 165hp0wy53.pages.dev/212
  • 165hp0wy53.pages.dev/910
  • 165hp0wy53.pages.dev/389
  • 165hp0wy53.pages.dev/685
  • 165hp0wy53.pages.dev/508
  • 165hp0wy53.pages.dev/524
  • 165hp0wy53.pages.dev/305
  • 165hp0wy53.pages.dev/607
  • 165hp0wy53.pages.dev/166
  • 165hp0wy53.pages.dev/103
  • 165hp0wy53.pages.dev/125
  • silsilah keturunan kanjeng jimat nganjuk